Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, Gregoria tidak berambisi berlebih pada saat itu. Pemain jebolan PB Mutiara tersebut pada saat itu menjadi salah satu unggulan dalam ajang yang berlangsung di Yogyakarta itu.
"Sempat udah kayak mikir tahun depan nih (2017) terakhir di junior, bisa apa enggak. Tahun terakhir tuh aku nothing to lose, kayak sudah tahun-tahun sebelumnya ngerasa optimis tapi takutnya malah jadi gimana-gimana, apalagi itu main di Jogja di rumah sendiri, harus bisa mengendalikan ekspektasi diri sendiri," sambung Gregoria.
"Di Kejuaraan Dunia Junior 2017 itu aku enggak pasang target yang gimana-gimana, tapi aku pengen medali," tambahnya.
Jalan Gregoria menuju gelar juara memang sulit. Bahkan, Gregoria sempat mengalami demam sejak babak 16 besar hingga harus diinfus pada setiap kali laga selesai.
"Waktu 2017 itu bisa dibilang perjalanannya itu susah tapi lancar-lancar saja. Bahkan aku sempat sakit, di babak 16 besarnya aku demam. Jadi dari 16 besar, 8 besar, semifinal, dan final, selama itu aku harus diinfus terus setelah match," terang Gregoria.
Namun demikian, langkah Gregoria justru mendapat kelancaran. Bermain dalam kondisi demam dan nyaris pingsan, usahanya justru berbuah manis di momen ini.
"Jadi aku tuh demam yang beneran demam, tapi rasanya kayak jalan Tuhan emang enggak ada yang tahu. Usaha apapun kalau memang Tuhan udah kasih, Tuhan bikin buat kita bisa-bisa aja," lanjut pemain yang saat ini berusia 23 tahun itu.