“Sama Fadia, aduh saya belum tahu dia main ganda campurannya kayak gimana, terus planning-nya gimana, polanya mau gimana saya bingung banget. Tapi ya saya melihat Fadia kan punya pengalaman dan dia juga skillnya bagus juga kan. Yaudah saya jalanin aja dulu,” sambungnya.
Tiba pada saat menjalani latihan perdana, benar saja Dejan belum menemukan chemistry yang tepat dengan Fadia. Pemain asal Garut itu justru mengalami kebingungan untuk menemukan pola permainan yang tepat.
“Pertama kali saya latihan di pelatnas itu kan 23 Desember, tapi sebelum keberangkatan ke Malaysia Open (masih bersama Gloria) saya latihan cuma dua kali sama Fadia. Bahkan di latihan perdana kita, itu harus saya akui mainnya enggak jelas. Saya bingung harus main gimana?,” lanjut Dejan.
“Saya coba nurunin bola, Fadia juga enggak tahu larinya mau kemana. Saya juga bingung. Saya coba ngangkat, ngebuka, ngangkat, tapi mainnya malah begitu. Jadi pas latihan pertama kali bareng itu kayak orang bingung, ini kita mau main pola apa?,” tambahnya.
“Latihan kedua, saya udah mulai enak latihannya sama dia, sudah mulai tahu. Tapi sebelum debut di India Open kita latihan bareng baru dua kali. Itu benar-benar ibarat ujian tapi belajarnya hanya dalam waktu singkat,” imbuhnya.
Kebingungan itu berlanjut saat mereka menjalani debut di India Open 2025. Ia dan Fadia beberapa kali mengalami tabrakan saat bermain. Namun, Dejan yang lebih berpengalaman di sektor ganda campuran akhirnya mengambil alih untuk mengatur permainan mereka.
Pada debut tersebut, Dejan/Fadia harus puas terhenti di babak 16 besar India Open 2025. Mereka kalah dari pasangan peringkat dua dunia, Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xin asal China.
“Pas debut pun saya enggak tahu. Intinya saya minta dia maju aja. Saya bilang, ‘belakang gue aja yang cover, lu turunin bola’. Udah saya cuma ngomong itu doang. Bener-bener kayak nyebur ke kolam tapi baru belajar renang, sementara kita harus langsung loncat masuk ke kolamnya,” jelas Dejan.
“Tapi dia (Fadia) bingung juga kayaknya. Kan kita di India Open itu beberapa kali tabrakan terus. Masih tabrakan-tabrakan. Jadi di awal ya memang sama-sama belajar karena dia harus membiasakan, dari mindsetnya bermain ganda campuran itu harus cari bola,” sambungnya.
Dejan mengungkapkan akan menatap Olimpiade Los Angeles 2028. Target lainnya adalah memiliki ranking dunia yang lebih tinggi dari yang pernah ia dapat bersama Gloria di peringkat 8 dunia. Setidaknya ia sudah memiliki modal selama tiga tahun di level elite menjalani persaingan di sektor ganda campuran.
“Semua pemain kayaknya pengen juara untuk Olimpiade kan. Ini masih ada 4 tahun. Kalau memang saya berpasangan dengan Fadia udah fix saya ingin masuk 32 besar tahun ini. Jadi di tahun depan supaya saya bisa ikut pertandingan dengan lebih teratur,” tutur Dejan.
“Feeling saya sih, (pasangan sama Fadia) saya bisa lebih dari kemarin (bersama Gloria). Pokoknya yakin. Tapi memang saya orangnya modal yakin kan, karena saya udah tahu peta, peta persaingan internasional seperti apa, dan beberapa pemain udah pernah saya lawan. Jadi saya udah punya gambaran,” lanjutnya.
“Saya rasa, karena saya udah punya modal selama 3 tahun kemarin, saya ngerasa 3 tahun itu penting banget buat saya dan level latihannya memang sudah di atas. Jadi, sekarang saya di sini (pelatnas), sudah terbiasa,” tutup Dejan.
(Rivan Nasri Rachman)