SIMAK wawancara eksklusif dengan Dejan Ferdinansyah. Pemain bulu tangkis itu bercerita mengenai keajaiban menit-menit akhir hingga suka duka bersama Gloria Emanuelle Widjaja.
Perjalanan pasangan itu dimulai ketika Dejan sudah di ambang kariernya dan Gloria terdegradasi dari pelatnas PBSI pada awal 2022. Harapan untuk melanjutkan karier di bulu tangkis pun nyaris berakhir setelah PB Djarum berencana untuk tidak mempertahankan dirinya.
“Saat saya nyaris berhenti (dari bulu tangkis), saat itu juga saya punya keyakinan. Kayaknya ini belum waktunya buat berhenti. Lalu tiba-tiba di last minute, saya punya keajaiban, sebuah keajaiban,” ungkap Dejan kepada Okezone dalam wawancara eksklusif.
Keajaiban itu datang dari sosok Vita Marissa yang mempertimbangkan nama Dejan untuk tetap bertahan di PB Djarum. Pelatih ganda campuran itu merekomendasikan Namanya kepada Gloria yang saat itu sama-sama tengah kalut dengan masa depannya.
“Saya masih ingat banget, saat itu saya sudah pulang ke rumah di Garut, tiba-tiba ada telefon dari ci Vita. Saya lagi kumpul keluarga, habis itu saya kaget ci Vita telefon. Saya angkat lah, singkat ceritanya saya ditawari partner-an dengan kak Glo,” kenang Dejan.
“Jadi intinya ci Vita bilang kak Gloria keluar dari pelatnas. Nah, PB Djarum masih mau kasih kesempatan untuk Gloria waktu itu. Kak Glo sempet ditanya sama PB Djarum mau partner mas Hafiz (Faizal) lagi di luar atau masih mau gandeng satu anak di PB Djarum, Dejan namanya,” imbuhnya.
Singkat cerita, Dejan dipilihlah oleh Gloria dan keduanya sepakat untuk menjadi pasangan ganda campuran yang didukung penuh PB Djarum. Sebagai pemain yang lebih muda, ia mengaku ada rasa sungkan di awal berpasangan, terlebih mereka memiliki selisih usia cukup jauh yakni tujuh tahun.
“Saya enggak kenal sama sekali dengan kak Glo waktu itu, maksudnya ya tahu Gloria itu siapa, tapi saya enggak pernah ngobrol sama sekali. Saat pertama kali latihan sama kak Glo, ya bagaimana latihan sama pemain yang senior terus sudah punya nama dan pengalamannya banyak? Sedangkan saya bisa dibilang anak klub yang memang enggak tahu apa-apa,” terang Dejan.
“Ketika kak Glo nge-chat pertama kali, saya sempat bingung balas apa. Tapi ya kami ada ngobrol sedikit. Intinya Dejan terus terang saja, maksudnya Dejan belum tahu apa-apa. Tolong bimbing Dejan, kasih tahu Dejan,” kata pemain asal Garut itu.
Awal 2022 menjadi tanda dimulainya perjalanan Dejan bersama Gloria. Debut mereka langsung terjadi di ajang bergengsi yakni All England 2022 dan terhenti di babak 16 besar. Namun dalam penampilan perdana tersebut, keduanya telah menunjukkan penampilan impresif dan mulai diperhitungkan.
“Saya dikasih kesempatan untuk bermain sama Kak Glo. Tapi memang dari awal tujuan kami berpasangan untuk mengantarkan saya ke pelatnas. Enggak ada rencana yang lain, selain mengantarkan saya ke pelatnas. Saya sendiri juga memang punya keinginan itu, untuk masuk ke pelatnas,” tegas Dejan.
Sejumlah prestasi mampu mereka raih dengan gelar perdana didapat di Denmark Masters 2022. Gelar-gelar lainnya adalah Indonesia International Challenge 2022 sebanyak dua kali dan Vietnam Open 2022.
Dejan mengakui perjalanan pada 2022 terasa begitu berat. Sebagai pemain yang baru terjun di turnamen internasional dengan sangat intens, pemain kelahiran 21 Januari 2000 itu benar-benar mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk bisa naik level dan menyamai kapasitas Gloria.
“Tahun pertama saya berpasangan dengan kak Glo itu saya merasa 2022 itu berat banget. Berat banget karena saya baru tahu kalau bulu tangkis itu enggak cuma aspek di lapangan saja yang harus kita perhatikan. Tapi di luar lapangan juga. Jadi seperti makan, suplemen, istirahat, semualah banyak,” kata Dejan.
“Nah, satu tahun di 2022 itu benar-benar berat banget buat saya. Latihan capek. Di luar lapangan harus menjaga ini itu. Pokoknya benar-benar capeklah di 2022 itu. Tapi, Alhamdulillah cukup ada prestasi di satu tahun itu. Satu tahun saya sama Kak Glo, Alhamdulillah bisa ranking 27,” imbuhnya.
Setahun berselang, dengan pencapaian ranking apik pada 2022 membuat Dejan/Gloria mendapat target tinggi. Meski belum bisa membawanya ke pelatnas PBSI, tetapi duet yang pernah dijuluki ‘banana couple’ ini justru dipatok target tinggi oleh PB Djarum yakni lolos ke Olimpiade Paris 2024.
“Pada 2023 itu kami enggak ada rencana sama sekali, tetap rencana kami untuk mengantarkan saya ke pelatnas. Singkat ceritanya adalah waktu kualifikasi Olimpiade. Satu tahun ke belakang kami bermain cukup baik, ada prestasi dan beberapa orang juga merasa kami bisa bersaing di internasional. Nah akhirnya dikasih kesempatan sama PB DJarum di 2023 dengan tujuan Olimpiade,” ucap Dejan.
“Capek lagi karena pressure-nya tinggi. Tuntutannya tinggi. Keinginan juga tinggi. Tapi benar-benar itu capek banget selama waktu kualifikasi Olimpiade. Saya merasa kalau yang kemarin saya di 2022 itu saya capeknya karena belajar, ‘Oh seperti ini ya main bulu tangkis level elite, oh kualitasnya harus seperti ini, persaingan seperti ini,’” imbuhnya.
“Pada 2023 itu saya merasa pelajarannya itu lebih ke mental, lebih ke tekanan. Non teknis lah. Karena memang ya kita tahu sendiri ya, beberapa pemain yang mungkin lebih senior dari saya juga merasa waktu Olimpiade itu enggak gampang,” lanjutnya lagi.
Pada perjalanannya menuju Olimpiade Paris 2024, sejumlah prestasi kembali didapat Dejan/Gloria pada 2023. Sebut saja seperti juara Syed Modi International 2023 dan runner-up Kaohsiung Masters 2023, termasuk medali perunggu Badminton Asia Championships 2023 -walau tak masuk dalam hitungan poin kualifikasi. Namun, hasil tersebut belumlah cukup untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Kondisi ini tak memungkiri memberi kekecewaan bagi Dejan dan Gloria. Namun, kegagalan lolos ke Olimpiade Paris 2024 menjadi pembelajaran tersendiri. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan karena masih ada target ke depan untuk lolos ke BWF World Tour Finals 2024 dan menduduki ranking 10 besar dunia.
“Kalau buat saya kegagalan di Olimpiade membuat saya punya pengalaman untuk bersaing di road to Olympic. Memang gagal, tapi saya bisa merasakan pengalamannya. Ya sedih ada. Cuma sedihnya enggak berlarut karena saya bisa merasakan pengalaman,” ungkap Dejan.
“Setelah Olimpiade ci Vita pun bilang di depan masih ada World Tour Finals. Terus dilihat poin juga kami masuk lah. Ya sudah kalau memang Olimpiade enggak masuk, kami tutup tahun 2024 dengan hasil yang bagus. Hasil bagus itu bisa didapat dari ranking yang bagus juga,” tambahnya.
Singkat cerita mereka pun lolos ke BWF World Tour Finals untuk pertama kalinya pada 2024. Bahkan keajaiban lainnya menghampiri Dejan pada akhir tahun. Ia mendapat panggilan dari pelatnas PBSI setelah penantian yang sangat lama. Misi tercapai.
Bonusnya, mereka juga sukses menembus ranking 10 besar, tepatnya di peringkat 8 dunia. Bagi, Dejan ini adalah pencapaian tersendiri yang takkan bisa dilupakan bersama Gloria. Sayangnya, ia mendapat panggilan dari pelatnas PBSI seorang diri. Malaysia Open 2025 pun menjadi awal perpisahan.
Meski harus berpisah, tetapi Dejan merasakan banyak momen dan kenangan berharga bersama Gloria. Suka duka mereka lalui bersama sebagai pasangan ganda campuran yang cukup dekat di dalam dan luar lapangan. Baginya, Perempuan bertubuh jangkung itu dalah sosok kakak yang bisa menjaganya dengan baik selama tiga tahun berpasangan.
“Yang paling berkesan buat saya selama bareng kak Glo itu dia jadi kakak. Dia benar-benar jadi sosok kakak yang baik. Mengajarkan saya banyak hal, mau di dalam atau luar lapangan. Walau pun namanya pasangan pasti ada perjuangann-nya, tapi dia menjadi sosok yang baik, menjaga saya, mengayomi saya, menuntun saya. Sekarang saya sudah bisa sendiri seperti ini karena kak Glo,” ucap Dejan.
“Ya pasangan kan ada berantemnya. Kadang ada hal-hal ya kalau di lapangan kak Glo egonya naik, saya egonya naik. Mungkin keadaan capek juga, akhirnya kami berantem di lapangan atau jadinya diam-diaman. Atau mungkin komunikasinya jadi enggak baik di lapangan,” sambung pemain berusia 25 tahun itu.
Dejan juga mengapresiasi Gloria yang tidak mau menyerah pada keadaan. Mulai dari memilihnya menjadi pasangan pada awal 2022, pasang surut selama menjalani kualifikasi Olimpiade Paris 2024, hingga akhirnya benar-benar berpisah pada awal tahun ini.
“Saya merasa momen terbaik bersama kak Glo itu ya saya bisa melihat sosok kak Glo itu sendiri. Kalau momen terbaik menjadi juara, semua orang juga kalau juara itu menjadi momen penting. Tapi yang saya perhatikan dari kak Glo, saya merasa dengan struggle apa pun itu, dengan mudah atau susahnya, perjalanan kmi, Kak Glo enggak mau berhenti, enggak mau nyerah,” terang Dejan.
“Kalau misalnya Kak Glo bilang, ‘Jangan lah, sudah lah, berhenti lah, gue capek,’ saya yang mati. Saya mau partner siapa? Mau selesai lagi? Untungnya kak Glo masih mau berjuang, masih mau belajar, masih mau menjaga,” imbuhnya.
“Saya merasa perjalanan bersama kak Gloria seperti salah satu keajaiban. Semua berawal dari telefon ci Vita, yang kemudian menjadi pembuka jalan saya ketika saya sudah hampir mati terus dikasih hidup lagi. Saya merasa seperti mati suri saat itu,” tutup Dejan.
(Wikanto Arungbudoyo)