LOMBOK TENGAH – Inspeksi ketat terhadap kontestan Shell Eco-marathon 2024 di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara (NTB), telah rampung Kamis (4/7/2024) sore WIB. Hasilnya, lebih dari 60 tim siap ambil bagian dalam race yang digelar 5-6 Juli 2024.
Selama inspeksi teknis yang berlangsung dua hari atau 3-4 Juli 2024, tim harus memenuhi serangkaian pemeriksaan, termasuk keselamatan, untuk memenuhi syarat dalam kompetisi di lintasan. Sebanyak 78 tim dari 12 negara telah mendaftar untuk berpartisipasi.

Namun, dari hasil inspeksi ketat yang dipimpin Direktur Teknis Paul Johnson, terdapat sekira 60 tim yang dinyatakan lolos dan layak tampil. Mereka akan turun di kategori Urban Concept dan Prototipe.
Kedua kategori itu dibagi lagi ke dalam bahan bakar yang mereka gunakan yakni mesin pembakaran internal (bensin, etanol, dan/atau diesel), baterai elektrik, dan hidrogen. Itu artinya, akan ada enam perlombaan yang berlangsung.
Johnson mengatakan, ada tahapan yang cukup panjang yang harus dilalui tiap tim peserta untuk bisa diizinkan mengikuti kompetisi. Pihaknya hanya berusaha menegakkan aturan yang sudah ditetapkan.
“Jadi, saya bertanggung jawab untuk hal ini dari awal sampai akhir. Semua tidak dimulai dari sini ketika kita sampai di sirkuit,” tutur Johnson kepada awak media termasuk Okezone di Sirkuit Internasional Mandalika, Kamis (4/7/2024).
“Peserta harus lebih dulu mengumpulkan desain dan dokumen teknis jadi kami bisa mengecek kepatuhan mereka terhadap aturan global lalu diseleksi. Ada beberapa fase bisa sampai ke sini,” imbuhnya.
“Jadi, ketika tiba di sirkuit, tim inspeksi teknis sudah memegang 11-12 poin yang harus diinspeksi. Jadi, di sini, kami sudah menjalani dua hari inspeksi. Setiap tim harus melewati titik inspeksi dari awal sampai akhir,” tegas Johnson.
“Bukan tugas tim teknis untuk mendesain mobil, itu tugas para pelajar untuk membangun mobil secara akurat sesuai aturan,” tutupnya.
Salah satu tim yang lolos inspeksi, LH-EV Fuel Cell dari Universitas Lac Hong (Urban Concept), punya alasan tersendiri memilih bahan bakar hidrogen. Mereka melihat jenis bahan bakar tersebut sebagai sebuah masa depan di negara asalnya, Vietnam.
“Kami melihat hidrogen sebagai bahan bakar masa depan karena lebih ramah lingkungan, memiliki banyak kegunaan, dan lebih efisien sebagai sumber energi, tetapi masih banyak tantangan di Vietnam dalam hal teknologi, produksi, penyimpanan, dan transportasinya,” kata manajer tim Truong Quoc Khanh, dikutip dari pernyataan resmi.

“Itulah mengapa kami memilih kategori ini tahun ini, untuk mendorong diri kami lebih jauh,” sambungnya.
Dari Prototipe, ada Tim Nakoela dari Universitas Indonesia. Sang manajer, Arafa Maulana Abdillah, yakin mobil hasil rancangan timnya dapat menghasilkan purwarupa kendaraan hemat energi dengan bahan bakar bensin.
“Kami berhasil menciptakan desain kendaraan futuristik yang sesuai dengan pedoman teknis, yang sangat menantang bagi kami,” ujar Arafa.
“Kami merancang kendaraan Prototype menggunakan sumber energi bensin, serta mengandalkan desain badan mobil yang sangat aerodinamis, memiliki sistem propulsi, serta kelistrikan yang efisien sehingga menghasilkan angka kehematan yang tinggi,” tandasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)