Wawancara Eksklusif Jonatan Christie: Lika-liku Karier hingga Dihadapkan Pilihan Menyerah atau Bangkit

Bagas Abdiel, Jurnalis
Jum'at 05 April 2024 10:00 WIB
Jonatan Christie kala berlaga. (Foto: Humas PP PBSI)
Share :

Ketika dituntut naik level pada usia 18 atau 19 tahun itu, kamu pernah ada di situasi untuk pertama kalinya bertemu para pemain top seperti Lin Dan, Lee Chong Wei, Chen Long, dll. Apa yang Jojo rasain waktu itu? Nervous atau justru menjadi acuan tersendiri?

Ini kalau saya ya, enggak tahu yang lain, saya inget banget momen ini pertama kali terjadi ketika main dan dipercaya di Sudirman Cup tahun 2015. Pokoknya waktu itu main di China, trus di sana kan banyak tuh court-nya. Saya inget ketika itu Indonesia lawan Taipei (di perempatfinal), terus lapangan sebelahnya China (ada Lin Dan) lawan Jerman, terus di sebelahnya lagi Malaysia (ada Lee Chong Wei) lawan Korea Selatan, lalu Denmark (ada Viktor Axelsen) lawan Jepang (ada Kento Momota).

Terus saya bener-bener merasa di samping saya pemain-pemain top dunia semua. Ya namanya Sudirman Cup, maksudnya semua dunia pasti nonton dan tunggal putra kan yang diturunkan juga satu, nah itu yang cukup nervous. Tapi juga cukup bangga kayak ‘wih sekarang gue sudah main nih, satu hall bareng loh sama mereka-mereka yang pemain top ini, jadi gue udah ada lingkungan ini.’

Ya satu sisi ini adalah hal yang wow banget. Tapi satu sisi juga nervous kayak yang court sana kan mainnya udah kelasnya beda gitu, sementara saya mainnya masih yang salah-salah saja misalnya, kayak belum sematang mereka. Jadinya kayak ada bangga, tapi ada kayak minder juga gitu. Ada perasaan juga ‘kenapa harus gue duluan gitu?’ Ya ada juga kayak gitu. Tapi ya mau enggak mau kan, karena balik lagi, saya udah diberikan kesempatan jadi ya mau enggak mau kita harus improve lebih cepat gitu.

Bicara soal kehilangan sosok ‘senior’, tunggal putri pernah mengalami itu dan dirasakan oleh Gregoria Mariska Tunjung yang pernah sempat down tapi bangkit lagi. Kalau Jojo sendiri seperti apa ketika kehilangan senior dan langsung dituntut prestasi tinggi?

Pasti berat sih, maksudnya apa yang Grego sekarang saat ini atau kemarin-kemarin dia rasain, ya saya juga sudah pernah rasain itu gitu. Cuma mungkin saya lebih ringan kali ya karena bebannya kan bukan hanya di saya, karena waktu itu kita bertiga kan, saya, Ginting, sama Ihsan. Tapi, ya itu pun ada plus minus juga. Ketika bertiga ya mungkin bebannya lebih ringan, tapi pasti aja ada yang membanding-bandingkan, ada yang membeda-bedakan. Padahal kita satu tim gitu kan, itu yang enggak enaknya gitu.

Cuma ya yang enaknya adalah kita tanggung itu bareng-bareng, kita tanggung itu bersama. Jadi enggak yang sendiri kayak Grego sekarang sendiri kan. Tapi balik lagi, mungkin ini out of topic, kalau ngeliat Grego yang sekarang saya rasa mungkin dia sudah bisa lebih enjoy, sudah lebih bisa menikmati gitu, sudah lebih bisa kayak dalam tanda kutip ‘ya bodo amat dengan apa kata orang di luar, dan ya sudah gue do the best saja, apa yang gue punya gitu.’ Nah memang yang penting tuh itu gitu.

Balik lagi kan kita ngomongnya adalah bagaimana cara berpikir, cara me-manage ekspektasi, cara me-manage porsi lu tuh sampai mana gitu. Itunya sebenarnya yang penting.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Sports lainnya