CERITA Pramudya Kusumawardana di balik duet bersama Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan akan diulas dalam artikel ini. Duet pasangan berjuluk The Prayer itu diketahui harus usai pada akhir 2023 ini.
Keputusan Pramudya Kusumawardana untuk mundur dari Pelatnas PBSI telah menyisakan berbagai kenangan dengan rekan duetnya, Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Suka duka dialami Pramudya dan Yeremia selama berpasangan.
Salah satu cobaan terberat adalah ketika The Prayer harus absen selama enam bulan. Penyebabnya, Yere –sapaan akrab Yeremia– mengalami cedera.
Bahkan, di situasi Pram –sapaan akrab Pramudya– yang sedang tidak baik-baik saja, pasangan ini masih tetap bertahan. Namun, tidak dimungkiri pula bahwa pasang surut itu terjadi di dalam partnership mereka.
Pramudya pun mencoba menceritakan bagaimana lika-liku perjalanannya bersama Yeremia yang sudah berpasangan sejak 2019. Berikut wawancara lengkap MNC Portal Indonesia bersama Pramudya Kusumawardana:
Flashback ketika kamu memberi tahu Yeremia dan pelatih Aryono Miranat tentang keputusan keluar dari Pelatnas PBSI, reaksi mereka seperti apa?
Ya, ini cukup mengejutkan juga sih. Jadi begini cerita awalnya. Ya, setelah comeback itu kan enggak mudah. Jadi, memang dari situ sudah susah banget, maksudnya dari after kita comeback itu, ternyata dari segi permainan dan hasil tidak sesuai ekspektasi saya. Sejujurnya, dari pribadi dan memang dari diri sendiri, saya memang selalu keras. Nah, dari situ saya mematok target-target dan ada long term-nya, termasuk road to Olympic 2024.
Saya sendiri juga mematok target yang realistis, apa yang bisa dicapai, apa yang enggak, dan saya enggak harus yang selalu juara di setiap turnamen. Saya sadar harus step by step, tapi saya merasa progress-nya itu cukup sulit dan saya menilai itu tidak terlalu memenuhi target.
Puncaknya setelah Hong Kong Open 2023, saya sudah born out banget di situ. Pada momen itu, saya seperti perlu bantuan. Semua orang juga tahu kalau saya lagi born out, tetapi tidak ada bantuan sama sekali. Paling saya sama koh Aryono saja waktu itu. Setelah Hong Kong Open, saya cerita ke koh Aryono, tentang kondisi saya dan masalah keluarga.
Bahkan sebelum ini, sejak dari All England 2023, saya sudah ingin berhenti. Tapi setelah mendapat masukan dari pelatih, akhirnya saya tetap lanjut. Saat itu saya masih ada semangat dan motivasi. Nah, ketika berlanjut dan sampai di Hong Kong Open 2023, di situ saya sudah merasa seperti tidak ada semangat lagi.
Saya langsung ngomong ke koh Aryono. Saya bilang, “Saya mau transparan saja sama koh Ar -sapaan akrab Aryono, kalau motivasi saya udah turun drastis.” Tapi, dari di Hong Kong Open itu juga saya berpikir, saya kan masih belum ada omongan apa pun nih sama Yere –sapaan akrab Yeremia, saya harus gimana ya? Maksudnya cara komunikasi saya sama Yere dari awal kan beda, takutnya Yere beda pikiran dan lain-lain.
Akhirnya pas di China Masters 2023 itu, saya langsung ngomong sama Yere, “Saya enggak akan lanjut untuk tahun depan.” Setelah saya bilang seperti itu, saya pikir akan ada argumen dari Yere untuk menahan saya agar saya bisa lebih termotivasi lagi. Tetapi, akhirnya Yere bilang, “Iya.”
Dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, di China Masters 2023 kamu dan Yeremia justru tampil baik, bahkan bisa sampai ke perempatfinal. Situasinya saat itu seperti apa?
Jadi dari Hong Kong Open itu, yang sebelum Kumamoto Masters sama China Masters saya sudah ngomong ke koh Ar kalau saya bakal mati-matian. Saya latihan intens selama tiga minggu, pokoknya sudah habis-habisan. Jadi, saya targetin kalau juara, saya bertahan, tapi kalau misalkan enggak juara ya mungkin bakal stop. Saya bilang kayak gitu. Tapi waktu itu belum 100%, saya akan bilang stop 100% ketika nanti ada respons dari Yere. Maksudnya, dia mau mempertahankan partnership ini apa enggak, kalau misalkan dia mau mempertahankan partnership ini, ya I'm willing to do that.
Lalu ketika kalian main di Arctic Open 2023, apakah benar itu ada masalah komunikasi?
Iya, bahkan itu jauh sebelum dari Arctic Open 2023. Tapi sebenarnya, puncaknya di Hong Kong Open 2023. Saya juga bingung kenapa di situ malah jadi diem-dieman. Saya sebenarnya bersikap profesional di Arctic Open 2023. Tapi, tanpa diduga dengan kondisi seperti itu mainnya malah bagus dan lolos sampai perempatfinal. Tapi, ya itu masalah masa lalu dan itu sudah berlalu.
Bagaimana akhirnya kalian mencoba menyelesaikan masalah komunikasi itu?
Ya, kami coba berkomunikasi lagi satu sama lain. Tapi yang cukup mengganggu ada di social media. Saya kan enggak main sosmed, jadi saya enggak tahu pas kita diem-dieman di lapangan itu ternyata jadi perbincangan publik. Orang-orang itu aware dan social media itu powerful banget, jadinya orang-orang approach saya. Kayak ada apa? Kenapa? Lalu saya dibilang harusnya begini, begitu, saya harusnya gini-gini. Saya jadi terganggu juga, kenapa orang tuh enggak tahu apa-apa malah menyerang saya. Tapi balik lagi, itu masalah lalu.
Kalian kan punya sifat berbeda, dulu untuk bisa menjalin kedekatan dan komunikasi dengan Yeremia itu seperti apa?
Saya dulu bonding sama Yere itu bisa dibilang berjuang banyak, saya merasa dari sisi saya seperti itu. Kayak saya tuh mau main boxing sama Yere, padahal saya enggak suka boxing. Saya enggak terlalu suka nonton bioskop, tapi saya ikut nonton di bioskop sama dia. Tapi seperti saya bilang, saya kalau mau sesuatu pasti akan saya lakukan, apa pun itu. Meskipun itu harus ngorbanin diri sendiri gitu.
Ketika Yeremia cedera, kamu kan menganggur. Apakah waktu itu ada tawaran untuk dipasangkan secara permanen dengan pemain lain? Termasuk Rahmat Hidayat?
Sebenarnya saya diberi banyak option untuk dipasangkan dengan beberapa pemain di Pelatnas PBSI. Saya punya kesempatan itu, tapi kalau saya egois, sebenarnya saya bisa ambil. Tapi saya milih enggak, saya milih tetap bertahan bersama Yere.
Kenangan apa sih yang paling membekas ketika kamu berpasangan bersama Yeremia?
Ya, kalau menurut saya kenangan paling membekas adalah momen-momen meraih juara bersama dia. Ya, tanpa disadari juga, saya yang sekarang kan berkat Yere juga. Saya apresiasi juga gitu momen-momen kita juara di Kejuaraan Asia 2022, medali emas di SEA Games 2023, kita di situ bisa berjuang bareng. Pada momen itu juga, kita bisa sukses bersama-sama. Jadi, ya sweet moment saja sih.
Ini ada pertanyaan dari fans yang ingin tahu tentang partnership The Prayer. Apa sih arti partnership The Prayer dalam hidup Pram?
Jujur, berarti sih. Saya flashback lagi, dari pertama kali main bulu tangkis, saya tahu bahwa saya orangnya introvert, semua orang juga tahu kan. Jadi, saya dari kecil tuh sudah mikir saya main bulu tangkis nanti gimana? Pada awalnya kan saya main tunggal, tapi akhirnya tidak berkembang. Terus almarhum papa ngomong untuk main double saja. Terus di saat itu, saya akhirnya mendapat gelar pertama di double, bukan di tunggal. Nah di saat itu, mungkin almarhum papa melihat peluang itu.
Nah, tapi saya mikir dan sadar diri, orang seperti saya ini kan tertutup ya. Apakah bisa saya main double? Jadi bukan mikir apakah saya bisa juara, tetapi mikir soal partnership-nya nanti gimana? Saya tuh selalu khawatir dengan ini. Kayak saya bisa enggak ya blend sama partner saya.
Akhirnya benar aja, di Djarum itu kayak saya tuh selalu diganti-ganti partner. Yang itu tuh kayak diuji banget, ditambah saya orangnya begini, partner diganti-ganti mulu. Tapi dari situ, saya malah jadi belajar, bahwa karakter partner itu beda-beda, dan jadi lebih open minded.
Nah, sama Yere itu berkesan banget. Jadi kayak biasanya sama yang lain itu karakternya beda-beda ada yang pendiam, egonya tinggi, dan lain-lain. Tapi, kalau sama Yeremia ini mix gitu loh dari semuanya. Dia itu kayak punya keunikan dari semua orang, dan itu ada di dia.
Jadi, emang berkesan banget. Bonding sama Yere itu beda sama partner-partner yang lainnya. Makanya ada bittersweet-nya lah.
Ada pesan enggak buat fans The Prayer setelah partnership kalian ini berakhir?
Sebenernya, saya shock juga sih. Melihatnya kayak dalam arti positif. Kayak ada orang tuh mendukung sampai segitunya banget. Padahal dibilang ngobrol juga enggak. Kayak dekat juga enggak, tapi mereka kayak support banget. Itu sangat saya apresiasi.
Terus saya juga dapat banyak hadiah, dari fans The Prayer. Ketika masih di PBSI kirim-kirim barang yang menurut saya itu ada beberapa harganya mahal, sampai saya enggak enak sendiri. Bahkan, saya sampai DM orangnya, kayak kenapa harus sampai beli mahal-mahal. Sebenarnya saya pribadi cukup dengan diberi support dan kata-kata motivasi, itu sudah cukup banget. Ya, ini bakal jadi memori yang indah untuk saya.
Dengan berakhirnya The Prayer, apa harapan kamu untuk Yeremia dengan pasangan barunya nanti? Termasuk untuk partner barunya Yeremia nanti?
Untuk Yere, semoga sukses dalam hal apa pun yang dilakukan di masa depan, sehat-sehat. Untuk partner barunya semoga bisa lebih baik daripada The Prayer. All the best pokoknya untuk Yere.
(Djanti Virantika)