Kendati demikian, tekad Syabda untuk menjadi pebulutangkis hebat amat besar. Ia pun meyakinkan keluarganya bahwa ia siap hidup mandiri, bajkan dengan usia yang masih amat muda, Syabda berani naik bus sendirian dari Jakarta ke Kudus.
Pilihan itu diambil Syabda sebagai tanda bahwa ia serius ingin menimba ilmu di PB Djarum. Ia pun melarang orangtuanya mengantarkan karena kasihan juga harus menemaninya dari Jakarta ke Kudus lalu pulang lagi.
“Biasanya setelah ketemu di Jakarta, pas mau pulang ke Kudus orangtua pengen antar saya, tapi saya enggak mau. Kan kasihan ke Kudus, nanti balik lagi ke Jakarta. Jadi pas saya masih kecil, saya naik bus sendiri dari Jakarta ke Kudus. Papa mau nganter, tapi saya enggak mau. Jadi cuma dianterin sampai terminal," tambah Syabda.
Berkat usaha itu, Syabda pun berhasil bersinar bersama PB Djarum hingga masuk Pelatnas pada 2018. Ia merupakan salah satu tunggal putra terbaik Indonesia.
Bahkan Syabda sempat ikut dalam tim bulu tangkis Indonesia untuk Piala Thomas 2022. Salah satu torehan yang cukup diingat adalah saat ia berhasil membantu tim bulu tangkis Indonesia meraih kemenangan atas Korea Selatan di Piala Thomas 2022 silam.
Dalam kariernya, Syabda pernah meraih tiga gelar BWF International Challenge. Pada 2022 ia merengkuh Lithuanian Internastional dan Malaysia Internationa dan 2023 ini dirinya sukses juara di Iran Fajr International.
Kini perjalanan Syabda telah berakhir. Ia meninggal dunia di urutan ke-90 tunggal putra dunia.
(Rivan Nasri Rachman)