Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ratu Tenis Meja Indonesia Rossy Syechbubakar Ikut Komentari Carut-Marut Dualisme PTMSI

Andhika Khoirul Huda , Jurnalis-Minggu, 07 Januari 2024 |19:46 WIB
Ratu Tenis Meja Indonesia Rossy Syechbubakar Ikut Komentari Carut-Marut Dualisme PTMSI
Dualisme jadi permasalah utama di tubuh PTMSI hingga saat ini (Foto: ilustrasi tenis meja)
A
A
A

Bahkan, pada 2019 silam, sempat ada tiga kepengurusan yaitu kubu Oegroseno, Lukman Eddy dan Peter Layardilay. Namun, sampai saat ini hanya Oegroseno dan Peter yang masih bertahan.

Akibatnya, atlet-atlet tenis meja Indonesia absen di SEA Games 2017 dan 2019. Yang makin miris, tenis meja tak dipertandingkan dalam pagelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 lalu.

Padahal Indonesia sempat rutin mengutus atlet tenis meja ke Olimpiade pada era 90 hingga 2000an. Beberapa di antaranya adalah Toni Meringgi (Seoul 1988), Anton Suseno (Barcelona 1992, Atlanta 1996, Sydney 2000), Lingling Agustin (Barcelona 1992), Rossy Syechbubakar (Barcelona 1992, Atlanta 1996, Sydney 2000), dan Ismu Harinto (Sydney 2000).

Bahkan di tingkat SEA Games, Indonesia sangat mendominasi. Rossy saja seorang diri sukses mengantongi 13 medali emas pesta olahraga terakbar se-Asia Tenggara itu.

Beruntung pada SEA Games 2023 lalu di Kamboja, Menpora Dito menemui panitia agar atlet tenis meja Indonesia bisa tampil di ajang dua tahunan tersebut yang kemudian berhasil dikabulkan. Hal itu terjadi setelah Dito menjadi penenagah antara kubu Oegroseno dan Peter, yang kabarnya telah sepakat untuk mengakhiri dualisme di PTMSI tersebut.

Namun sampai saat ini, belum ada pergerakan lanjutan yang dibuat oleh PTMSI. Alhasil, bisa jadi dualisme tersebut belum benar-benar usai.

(Admiraldy Eka Saputra)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement