JAKARTA – Ratu Tenis Meja Indonesia, Rossy Syechbubakar, mengaku prihatin dengan carut-marut dualisme yang ada di kubu Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Indonesia (PB PTMSI). Dia ingin pihak yang terpecah menyingkirkan ego masing-masing agar dunia pingpong Indonesia bisa kembali berprestasi.
Hal itu diungkapkan Rossy kepada awak media, termasuk MNC Portal Indonesia, saat mengembalikan tongkat obor Olimpiade Atlanta 1996 yang dibawanya kepada Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pada Jumat, 5 Januari 2023 lalu di Senayan, Jakarta. Dia merasa kasihan dengan para atlet tenis meja Tanah Air yang menjadi korban dari dualisme tersebut.
“Aduh itu sebetulnya sangat prihatin dan memang ini permasalahan yang terlalu lama dibiarkan sebetulnya ya. Balik lagi, karena kasihan atletnya yang jadi korban. Harapan saya sih ayo kita bareng-barenglah insan tenis meja untuk bisa membangkitkan lagi prestasi tenis meja Indonesia soalnya sudah ketertinggalan sekali,” kata Rossy.
“Kemarin waktu PON tenis meja tidak dipertandingkan, beberapa kali SEA Games juga kan tenis meja tidak diberangkatkan, apa akan selalu terus begitu? Sedangkan dulu tuh tenis meja Indonesia sangat ditakuti gituloh, apalagi di SEA Games,” tambahnya.
“Jangan memikirkan Olimpiade, di SEA Games aja kita tidak diberangkatkan gimana mau berbicara ke Olimpiade gitu. Makanya kalau harapan saya pribadi, ayo insan tenis meja, ayo kita bareng-bareng membangun membangkitkan lagi prestasi tenis meja Indonesia gitu, hilangkan keegoisan masing-masinglah demi bangkitnya tenis meja Indonesia,” imbuhnya.
Dunia olahraga tenis meja Tanah Air memang diambang kehancuran dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terjadi karena dualisme di kepengurusan PTMSI.
Bahkan, pada 2019 silam, sempat ada tiga kepengurusan yaitu kubu Oegroseno, Lukman Eddy dan Peter Layardilay. Namun, sampai saat ini hanya Oegroseno dan Peter yang masih bertahan.
Akibatnya, atlet-atlet tenis meja Indonesia absen di SEA Games 2017 dan 2019. Yang makin miris, tenis meja tak dipertandingkan dalam pagelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 lalu.
Padahal Indonesia sempat rutin mengutus atlet tenis meja ke Olimpiade pada era 90 hingga 2000an. Beberapa di antaranya adalah Toni Meringgi (Seoul 1988), Anton Suseno (Barcelona 1992, Atlanta 1996, Sydney 2000), Lingling Agustin (Barcelona 1992), Rossy Syechbubakar (Barcelona 1992, Atlanta 1996, Sydney 2000), dan Ismu Harinto (Sydney 2000).
Bahkan di tingkat SEA Games, Indonesia sangat mendominasi. Rossy saja seorang diri sukses mengantongi 13 medali emas pesta olahraga terakbar se-Asia Tenggara itu.
Beruntung pada SEA Games 2023 lalu di Kamboja, Menpora Dito menemui panitia agar atlet tenis meja Indonesia bisa tampil di ajang dua tahunan tersebut yang kemudian berhasil dikabulkan. Hal itu terjadi setelah Dito menjadi penenagah antara kubu Oegroseno dan Peter, yang kabarnya telah sepakat untuk mengakhiri dualisme di PTMSI tersebut.
Namun sampai saat ini, belum ada pergerakan lanjutan yang dibuat oleh PTMSI. Alhasil, bisa jadi dualisme tersebut belum benar-benar usai.
(Admiraldy Eka Saputra)