KONI kemudian mengusulkannya untuk masuk ke NPC Kebumen. Pada 2021, Fajar masuk ke pelatnas NPC Indonesia untuk ajang APG Solo 2022 dan bertahan hingga sekarang.
Fajar mengungkapkan bahwa dirinya juga disibukkan dengan urusan membantu orangtua saat tengah menekuni olahraga pencak silat. Ia prihatin dengan kondisi keluarganya yang harus menanggung biaya terapi atas kebutaan yang Fajar derita.
“Membantu orangtua sambil latihan silat. Kan orangtua saya dulu ada musibah waktu saya kecil. Akhirnya saat masa kecil SD, SMP, dan SMA membantu orangtua,” cerita Fajar.
“Saya waktu kecil kelas 1 SD jatuh dari jembatan. Terasa saat kelas 3 SD itu, melihat tulisan sudah tidak jelas sampai sekarang,” lanjutnya.
Setiap 6 bulan sekali, Fajar wajib menjalani terapi di salah satu rumah sakit di Yogyakarta. Fajar mengungkapkan vonis dokter menyebut dirinya harus menjalani operasi agar bisa kembali melihat.
“Melakukan terapi sejak kelas 4 SD sampai 3 SMK. Tidak ada perubahan. Kalau saya kecacatannya dalam retina fokusnya itu enggak bisa, lihat orang itu blur semua. Vonis sama rumah sakit itu harus dioperasi,” jelas dia.
Fajar mengatakan, dirinya mulai dijauhi teman-teman pascakebutaan yang dialami. Selama berada di bangku SD, kekurangan teman dirasakan Fajar, namun keadaan mulai membaik saat dirinya masuk ke bangku SMP dan SMK.
“Kalau SMP dan SMK tidak terlalu parah, teman-teman sudah pada mengerti,” ungkapnya.
Pada masa sekarang, Fajar hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Dia berharap bisa terus meraih medali untuk membawa harum nama Indonesia.
“Target pribadi memberikan yang terbaik. Kalo medali pasti kepingin. Tapi yang penting menampilkan yang terbaik dan berdoa,” tutupnya.
(Djanti Virantika)