JAKARTA - Perjalanan Fajar Alfian menuju ganda putra nomor satu dunia tidaklah mudah. Setelah fokus dengan pendidikannya secara reguler sejak SD hingga SMA, Fajar mulai menggeluti dunia bulu tangkis dengan jalan naik turun.
Pada perjalanannya itu ada fase, di mana Fajar pernah menyimpan rasa kecewa terhadap bulu tangkis. Bahkan saking kecewanya, ia sempat tidak percaya dengan kehidupannya di bulu tangkis.
Awal karier Fajar bisa dikatakan dimulai setelah ia lulus SMA. Usai melepas masa-masa berseragam itu, pemain asal Majalaya, Bandung tersebut akhirnya mendapat izin dari orangtua untuk fokus ke bulu tangkis. Sebelumnya bulu tangkis hanya sekadar hobi, Fajar akhirnya masuk ke klub SGS PLN Bandung untuk menjajaki dunia profesional.
"Setelah lulus SMA saya masuk ke asrama di SGS. Karena udah lulus SMA kan, akhirnya dibolehin sama orangtua karena sekolah sudah selesai," ucap Fajar saat diwawancarai secara eksklusif oleh MNC Portal Indonesia di Pelatnas PBSI Cipayung.
"Jadi sewaktu SMA itu saya belum masuk klub SGS. Lulus SMA baru masuk SGS karena pelatih di kampung saya masuk klub SGS itu juga. Jadi bukan saya masuk sendiri atau ditawari masuk ke SGS, tapi karena dibawa sama pelatih saya," lanjutnya.
Pemain kelahiran 7 Maret 1995 itu menyadari bahwa usianya untuk masuk jalur profesional sebagai atlet saat itu sudah terlambat. Bahkan ketika mengikuti ajang Sirkuit Nasional (Sirnas), ia baru memulainya di usia 17 tahun.
"Saya pertama kali ikut Sirnas itu umur 17. Ya 16 akhir mau 17 tahun lah. Jadi kan orang lain ada yang masuk pelatnas itu dari umur 16-17. Kalau saya malah ikut nasional aja baru umur 16-17 itu," terang Fajar/