Mantan Atlet Dijanjikan Tidak Melarat Lagi
JAKARTA - Peribahasa 'habis manis sepah dibuang', memang menjadi gambaran nyata untuk sebagian mantan atlet yang pernah mengharumkan Indonesia di dunia lewat olahraga.
Kisah pilu mantan atlet Indonesia, dialami oleh Irianeke Anzela Doer. Irianeke adalah mantan pelari nasional peraih medali emas di nomor 800 meter pada ajang Asian School Games 1977 silam, medali perunggu di Singapore Open 1979, serta pemecah rekor nasional 4,46 menit menjadi 4,36 menit. Kini dia berprofesi sebagai pedagang nasi kuning dan kue di atas kapal penumpang di Merauke, Papua.
Irianeke hanya sedikit dari sekian banyak atlet yang kini hidup berbanding terbalik dengan masa kejayaannya.
Melihat kondisi memprihatinkan seperti itu, bertepatan dengan Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) yang jatuh pada 9 September 2014 ini, dibentuklah organisasi yang bertujuan untuk memperbaiki keadan seperti itu.
Bertempat di Gedung Joang 45, Menteng, Komnas API (Komisi Nasional Atlet dan Pelatih Indonesi) dideklarasikan. Organisasi ini dibentuk atas inisiatif para pelaku olahraga dan mantan atlet untuk mendapatkan perhatian dan kepedulian yang selama ini tak mereka dapat dari pemerintah dan juga masyarakat.
Rieke Diah Pitaloka, yang ditunjuk sebagai Dewan Pembina dan Penasehat Komnas API mengaku sudah lama memperhatikan kondisi para mantan atlet yang hidup susah.
"Saya sangat prihatin dengan keadaan atlet, yang begitu dielu-elukan saat jaya, seluruh rakyat Indonesia bersuka cita, tapi saat mereka tak lagi berlaga, mereka hidup susah," kata politikus yang populer lewat serial Bajaj Bajuri itu.
"Bersama API, kami ingin mereka bisa hidup sejahtera. Saya dipercaya sebagai dewan, ingin menciptakan situasi di mana para atlet setelah berjaya, mereka bisa sejahtera," imbuhnya.
(Fajar Anugrah Putra)
