PULUHAN koleksi motor MotoGP senilai USD40 juta (setara Rp667,8 miliar) disita oleh Otoritas Meksiko dari tangan seorang kartel narkoba. Di antara kuda besi itu, terdapat Ducati Desmosedici GP yang pernah digeber Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Fakta itu diketahui dari unggahan Biro Investigasi Federal (FBI) di media sosialnya. Koleksi motor-motor itu diduga milik Ryan Wedding, salah satu buronan utama badan milik Amerika Serikat (AS) tersebut!
Wedding didakwa bersalah atas sejumlah pelanggaran kepemilikan narkoba pada 2024. Mantan atlet snowboarding asal Kanada itu pernah dipenjara pada 2009 dan dibebaskan setahun kemudian.
Namun, Wedding kini kembali tersangkut kasus narkoba dan sedang melarikan diri. Pemerintah AS memasang banderol senilai USD15 juta (setara Rp250 miliar) bagi siapa pun yang bisa membocorkan informasi tentang keberadaannya.
Wedding disebut-sebut masuk dalam jaringan kartel narkoba yang memasok obat-obatan terlarang ke Negeri Paman Sam. Ia diyakini meraup harta dalam jumlah besar dari bisnis haram tersebut.
Salah satu buktinya terlihat dari unggahan kantor cabang FBI di Los Angeles. Mereka membagikan foto-foto barang sitaan dari koleksi pribadi Ryan Wedding yang di antaranya adalah puluha motor MotoGP!
“Bulan ini, Otoritas Meksiko melakukan sejumlah operasi penggeladahan dan (berhasil) menyita sejumlah besar sepeda motor dengan perkiraan nilai USD40 juta yang diyakini milik Ryan James Wedding, salah satu dari 10 buronan top FBI,” bunyi cuitan akun X @FBILosAngeles, Rabu (31/12/2025).
Dari foto-foto tersebut, terlihat beberapa motor MotoGP yang cukup ikonik. Selain Desmosedici GP yang digunakan Rossi dan Lorenzo (2018), ada pula kuda besi milik Andrea Dovizioso!
Bahkan, motor yang dipakai Marc Marquez di Moto2 pada 2011 dan 2012 masuk dalam daftar barang sitaan. Koleksi tersebut jelas tidak main-main karena merupakan benda-benda bersejarah.
Belum diketahui dengan jelas apakah barang-barang itu benar milik Ryan Wedding atau tidak. Kemudian, caranya mendapatkan motor-motor itu juga patut dipertanyakan karena sebetulnya tidak dijual dengan bebas.
(Wikanto Arungbudoyo)