"Jadi, pada saat General Assembly dua tahun lalu, saat penawaran siapa yang mau menjadi tuan rumah, ada beberapa negara yang mengajukan diri. Namun, kami meyakinkan mereka bahwa Indonesia belum pernah menjadi tuan rumah. 'Boleh tidak kasih kesempatan buat Indonesia?' Kita mau bikin sesuatu yang berbeda deh, pokoknya. Akhirnya, konsep kami diadu," ujarnya.
"Karena kebetulan venue-nya di JSI, kami menggambarkan seandainya lapangan woodball itu seperti di trek otomotif. Jadi, ada jalur off-road, ada perjalanan dalam kota, ada trek sirkuitnya, seperti F1. Kenapa? Karena itu tergambarkan di tiga lapangan yang nanti kita buat. Ada yang benar-benar naik-turun seperti off-road, ada yang landai, dan ada lagi yang memang seperti di sirkuit," tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Wijaya Mithuna Noeradi, menyampaikan bahwa cabang olahraga woodball berpotensi menyumbang medali untuk Indonesia di kancah internasional, seperti SEA Games. Oleh sebab itu, KOI mengapresiasi keberanian IWbA untuk menyelenggarakan ajang internasional di dalam negeri dan berharap bisa terus berprestasi.
"Kami akan terus mendukung semua federasi dan yang terpenting adalah membenahi kualitas atlet guna bisa berprestasi lebih banyak ke depannya," papar Wijaya.
Selain Asian Cup Woodball Championship 2025, IWbA juga menyelenggarakan Aice 7th Indonesia Open 2025 di tempat yang sama, pada 22-24 Agustus. Agenda ini merupakan hasil kerja sama dengan salah satu produsen es krim yang selama ini mendukung perjuangan atlet Indonesia. Turnamen tersebut terbuka untuk atlet dari dalam maupun luar negeri yang berasal dari berbagai klub woodball.
(Rivan Nasri Rachman)