Cerita Yeremia Rambitan di Balik Akhir Partnership dengan Pramudya Kusumawardana

Bagas Abdiel, Jurnalis
Minggu 14 Januari 2024 06:07 WIB
Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan kala berlaga. (Foto: Bagas Abdiel/MNC Portal Indonesia)
Share :

CERITA pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, di balik akhir partnership dengan Pramudya Kusumawardana akan diulas dalam artikel ini. Perpisahan itu harus terjadi usai Yeremia berduet dengan Pramudya berpasangan selama empat tahun.

Duet The Prayer -julukan Pramudya/Yeremia- resmi berakhir, setelah Pramudya memutuskan mundur dari Pelatnas PBSI pada akhir 2023. Di balik berakhirnya duet bersama Pramudya, Yeremia pun memiliki banyak cerita.

Pemain berusia 24 tahun itu mengungkap hal-hal yang ia rasakan di balik akhir dari duet The Prayer, termasuk move on menatap masa depan bersama partner baru yakni Rahmat Hidayat. Berikut wawancara lengkap Yeremia bersama MNC Portal Indonesia.

Ketika Pramudya memutuskan untuk mundur dari Pelatnas PBSI. Sebenarnya apa reaksi pertama kamu?

Ya, pasti ngerasa kaget saja, kenapa dia mau berhenti. Kaget saja, kaget pokoknya.

Sebelum China Masters 2023, apakah kamu sempat tahu tentang keinginan Pramudya untuk mundur dari Pelatnas PBSI?

Ketika dari Hong Kong Open 2023, kita waktu itu kalah dari Keiichiro Matsui/Yoshinori Takeuchi (Jepang) di babak 16 besar. Meskipun kalah, tapi saya merasa kita masih bisa. Jadi, ya sudah enggak masalah gitu.

Tapi tiba-tiba pas selesai tanding itu, dia (Pramudya) langsung pulang ke hotel dan enggak ada ngomong apa-apa. Lalu, enggak lama kemudian, koh Ar (Aryono Miranat, pelatih ganda putra) sama koh Rudy (Bambang Roedyanto, Kabid Hubungan Luar Negeri PBSI) ngomong kalau Pram -sapaan akrab Pramudya- ingin berhenti. Di situ saya shock. Kenapa dia enggak ngomong aja ke saya dulu? Kita bisa ngobrol berdua kayak ada masalah apa? Setidaknya ngomong sama saya baru kita ngomong ke pelatih.

Jadi, dia saat itu enggak bicara sama saya. Ya, saya berpikir itu cuma omongan doang kali. Saya merasa mungkin dia masih bisa berubah pikiran. Mungkin dia cerita ke koh Ar doang karena merasa sedih, karena kita tanding belum juara-juara, jadi dia merasa sedih. Mungkin ada pikiran sementara dari dia kayak gitu, jadi ya saya berpikirnya seperti itu. Soalnya dia kan enggak cerita ke saya secara langsung berdua.

Apakah kamu dan Pramudya ada pembicaraan berdua secara mendalam tentang masa depan kalian?

Kita sebenarnya jarang ngobrol yang benar-benar berdua. Pasti ngobrolnya bareng-bareng ada pelatih gitu atau sama yang lain. Tapi, kita ngasih tahu bahwa kita yakin masih bisa, kita sudah sempat naik lagi kan, jadi yakin bisa.

Tapi, tiba-tiba saya juga jadi bingung dengan keputusan dia kemarin saat itu. Memang kita kalau ngobrol secara mendalam itu enggak, lebih ke santai ngomongnya. Kayak, “Pram bisa nih kita yakin ya, bisa lagi ya, sudah enak nih kita mainnya,” ya ngobrol normal biasa saja gitu.

Pramudya membenarkan bahwa kalian sempat tidak ada komunikasi di Arctic Open 2023. Sebenarnya ada apa?

Saya juga bingung di Finlandia itu, tiba-tiba kita kayak enggak ada komunikasi gitu kan. Saya sebenarnya enggak masalah, karena kita tanding buktinya bisa menang lawan yang lain. Saya enggak masalah, karena yang penting di lapangannya kita bisa menang.

Tapi, setelah itu kita ngobrol bertiga sama koh Ar. Saat itu, Pram juga sudah oke untuk semangat lagi, tapi pas ngobrol bertiga itu koh Ar enggak ngomong kalau Pram mau berhenti. Jadi ya tidak ada pikiran apa pun juga saya saat itu.

Lalu akhirnya di China Masters 2023, Pramudya berbicara kepada kamu bahwa dia ingin berhenti. Pramudya berharap kamu memberikan argumen untuk menahannya bertahan. Sementara kamu langsung menyetujuinya. Apa yang membuat kamu langsung setuju?

Ya, pas selesai main dan kalah di delapan besar China Masters 2023 itu, dia memang ngomong untuk berhenti. Terus terang saat itu saya pribadi kaget karena dia ngomong sama saya kondisinya masih di lapangan. Kayak saya enggak habis pikir, jatuhnya saya bingung saja mau jawab gimana, di sisi lain saya lagi enggak fokus kan.

Jujur, saya suka bingung karena saya pribadi takut salah menyampaikan dan malahan melukai hati Pram. Makanya saya suka memilih untuk diam saja.

Di sisi lain seiring berjalannya waktu, mungkin itu emang jalannya Tuhan seperti ini. Tuhan sudah menyediakan rancangan yang terbaik untuk saya dan Pram, jatuhnya memang kita berdua sampai tahun 2023 ini saja dan belum saatnya juga saya main Olimpiade. Saya hanya berusaha berpikir positif.

Setelah Pramudya menyampaikan mundur ke kamu dan kamu setuju, apa yang kamu pikirkan saat itu untuk karier berikutnya?

Ya, saya berpikir, apakah koh Ar masih mempertahankan saya enggak ya? Tapi kalau saya melihat diri saya pribadi, saya masih bisa bersaing. Saya pribadi juga yakin masih bisa bertahan. Tapi, ya tetap saja saya bertanya-tanya apakah saya masih di sini? Itu yang pertama kali saya pikirkan.

Setelah itu juga, saya langsung ngomong ke koh Ar saya ke depannya bagaimana, hari itu juga saya langsung tanya. Terus, koh Ar ngomong, “Ya kita lagi mau cari partner kamu. Kamu masih dipertahanin, nanti kita lihat dulu siapa partnernya. Nanti kita lihat dulu siapa yang cocok buat kamu.”

Setelah pulang dari China, apakah kamu mencoba membujuk Pramudya untuk mengubah lagi keputusannya?

Setelah pulang dari China, kami jarang komunikasi, dan saya pribadi tidak ada bicara secara personal dengan Pram terkait masalah ini. Terus terang, walaupun saya orang yang ceria, saya orangnya bukan tipe yang bisa membujuk atau bisa mencoba berbicara hal serius terlebih dahulu.

Apalagi, kondisinya dari awal dia enggak bahas sama saya duluan, jadinya saya bingung mau mulai dari mana. Daripada saya malah menimbulkan masalah yang baru, jadinya saya memilih diam dan saya belajar untuk menghargai setiap keputusan dia.

Apakah kamu diberi tahu oleh Pramudya, ketika dia pindah ke Australia tidak hanya kuliah tapi memungkinkan juga untuk main bulu tangkis membela Australia?

Kalau masalah Pram ke Australia, yang saya tahu dia hanya kuliah di Sydney. Tapi untuk masalah main dan lainnya saya enggak tahu.

Lalu dengan The Prayer resmi berpisah, secara pribadi apa yang kamu rasakan?

Pasti sedih. Saya merasa sedih karena partner-an sama dia sudah lama. Kayak ibaratnya kita berjuang bareng-bareng, pencapaiannya bagus kita pernah juara Asia, terus berhenti tiba-tiba, saya sedih banget. Menyayangkan juga pasti, tapi ya sudah itu sudah keputusannya.

Adakah perjuangan yang paling kamu inget dari partnership The Prayer?

Ya, menyatukan chemistry-nya sih ya. Awal pas pertama kali kita dipartnerin, dia bener-bener introvert banget. Dulu awal-awal partner tuh bener-bener kayak kita abis kalah kita enggak ngobrol seminggu. Sebulan kita pernah enggak ngobrol karena emang kita egonya mungkin sama-sama tinggi dulu. Saya enggak mau mulai duluan, dia juga enggak mau mulai. Itu yang susah sih dulu.

Kita kan beda banget, dia suka baca buku, saya suka main game. Saya berisik, dia lebih suka diem. Itu perjuangan besar kayak yang dari bener-bener jauh banget tiba-tiba jadi klop, itu perjuangan banget.

Sebagai ganda yang berpasangan lama, apa arti partnership The Prayer buat kamu?

Arti The Prayer buat saya pribadi sangat banyak. Namun yang paling menonjol adalah saya tidak akan ada berada di posisi saat ini, membela Indonesia dan membawa nama baik Indonesia kalau saya tidak bersama Pram. Dari awal kita lalui bersama hingga posisi kita saat ini tentunya sangat berarti buat saya. Selain itu dari The Prayer saya bisa membanggakan keluarga, teman, bahkan Indonesia.

Sekarang setelah mendapat partner Rahmat, apa yang ingin kamu harapkan?

Saya bersama Rahmat mau lebih baik lagi ke depannya. Apalagi sebelumnya saya sudah mengalami bersama Pram, tentunya saya mau belajar dari sebelumnya. Apa yang harus ditingkatkan dan diperbaiki lagi. Jadi saya berencana untuk ngobrol-ngobrol sama Rahmat, apa yang dia inginkan ke depannya. Menetapkan visi dan masa depan yang sama supaya jangan berubah-berubah lagi ke depannya. Tentunya saya berharap sama Rahmat, jangan terulang kembali apa yang terjadi di tahun 2023.

Untuk sekarang berpartner sama Rahmat, apakah ada penyesuaian sifat dan karakter?

Sifat kita enggak beda jauh, karena dulu kan emang kita sekamar di asrama. Ya sudah dekat, mungkin Rahmat sudah ngerti, apalagi Rahmat kan junior saya, ya pasti dia udah ngerti sifat-sifat saya. Sebenarnya ini tidak sesusah yang dulu untuk menyatukan di luar lapangan.

Kamu bercita-cita untuk juara Olimpiade. Bisa dipastikan tahun ini kamu akan melepas peluang itu. Kamu akan tetap bidik Olimpiade Los Angeles 2028?

Pasti. Saya ada target untuk main di Los Angeles, karena itu cita-cita saya juga untuk bisa ke Amerika Serikat. Itu juga kenapa saya dipasangin sama Rahmat karena buat ke depannya. Rahmat umurnya masih di bawah saya dan saya bisa bermain buat 4-5 tahun ke depan. Jadi itu target besarnya.

Tapi, untuk sementara saya fokus ke permainan saya, melihat nanti di pertandingan kemampuan saya sama Rahmat seperti apa.

Tahun 2023 bisa dikatakan menjadi fase roller coaster untuk kamu. Mulai dari comeback di awal tahun yang sulit lalu diakhiri dengan berakhirnya partner bersama Pramudya. Menurut kamu arti tahun 2023 di hidup kamu itu seperti apa?

Ya, sebagai pelajaran saja sih ya. Pembelajaran kayak gimana saya pribadi harus lebih mengerti orang lain. Ya, ibaratnya saya kurang mengerti Pram dengan posisi Pram yang gimana. Mungkin ego saya masih tinggi, enggak mau ngobrol berdua.

Tahun 2024 saya ingin menjadi orang yang lebih dewasa, yang bisa mengerti orang lain. Kalau dari bulu tangkis, saya harus lebih latihan lagi sama dijauhkan dari cedera. Tapi kalau dari segi pribadi ya saya harus lebih dewasa lagi aja untuk mengambil sikap-sikap kalau ada situasi kayak sebelum-sebelumnya.

(Wikanto Arungbudoyo)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Sports lainnya