Keraguan Jeka Saragih untuk meninggalkan keluarganya dan juga tempat kelahirannya di Simalungun bukan tanpa alasan. Pasalnya, dia memang sangat dekat dengan keluarganya dan bertekad untuk membangun daerahnya menjadi lebih maju lewat UFC.
“Hal yang paling saya sukai dari menjadi petarung MMA adalah saya bisa membuat desa saya dikenal oleh orang-orang yang tinggal di luar desa saya. Dan mudah-mudahan saya bisa membuat desa saya dikenal secara internasional,” ujar Jeka Saragih dilansir dari South China Morning Post.
“Bagi saya tidak ada yang istimewa bertanding di Las Vegas karena yang terpenting adalah jika saya bisa membawa dampak yang baik bagi orang-orang yang tinggal di sekitar saya,” tambahnya.
“Saya ingin dunia tahu apa yang sedang terjadi, dan semoga pemerintah atau bahkan mungkin Presiden Indonesia bisa mengetahui desa saya masih buruk. Tidak ada jalan, tidak ada telepon dan saya ingin ini berubah,” terangnya lagi.
Untuk diketahui, sebelum resmi mendapat kontrak dari UFC, Jeka Saragih lebih dulu bertarung di final Road to UFC. Di final kelas ringan ia kalah dari Anshul Jubli (India) dengan TKO.
Alhasil, harapannya untuk menjadi petarung Indonesia pertama yang mentas UFC pupus. Namun, UFC tetap memutuskan untuk merekrutnya, karena terkesima dengan kehebatan bertarung Jeka Saragih ketika menang lawann Pawan Maan Singh (India) di perempatfinal dan Kim Won Bin (Korea Selatan) di semifinal.
Akhirnya, Jeka Saragih pun menandatangani kontrak lima pertandingan dengan UFC. Adapun penanda tanganan kontrak berlangsung Kamis, 9 Februari 2023 silam.
(Hakiki Tertiari )