NAMA Ye Zhaoying pernah menjadi momok menakutkan di atas lapangan bulu tangkis dunia. Rival abadi legenda Indonesia, Susy Susanti, ini tercatat pernah memenangkan 11 dari 31 pertemuan mereka.
Namun, kejayaan di masa lalu berbanding terbalik dengan kenyataan hidup yang ia jalani saat ini. Jika Susy Susanti menikmati masa pensiun dengan penuh penghormatan di Tanah Air, Ye Zhaoying justru harus menanggung nasib getir sebagai pelarian politik yang dicap pengkhianat oleh negaranya sendiri.
Titik balik kehidupan Ye Zhaoying bermula dari sebuah kejujuran yang berisiko tinggi. Ia secara terbuka membongkar skandal pengaturan pertandingan di Olimpiade Sydney 2000.
Ye mengaku dipaksa dan diancam oleh otoritas olahraga negaranya untuk sengaja mengalah dari rekan senegaranya, Gong Zhichao, di babak semifinal. Instruksi tersebut diberikan demi memastikan medali emas tetap jatuh ke tangan China tanpa perlu menguras tenaga atlet mereka.
Keberanian Ye membongkar intrik tersebut berbuntut panjang. Pemerintah China bereaksi keras dengan melabelinya sebagai pengkhianat.
Hukuman yang diterima pun tidak main-main; namanya secara sistematis dihapus dari catatan sejarah olahraga China. Meskipun telah menyumbangkan segudang prestasi bergengsi, keberadaannya seolah dianggap tidak pernah ada oleh rezim yang berkuasa.
Ye Zhaoying terancam dan tidak lagi memiliki tempat di tanah kelahirannya, ia pun akhirnya memilih untuk mengasingkan diri ke Spanyol demi mencari perlindungan.
Kehidupan di Spanyol tidak lantas membuat luka di hati Ye Zhaoying sembuh. Di sana, ia tinggal bersama suaminya, Hao Haidong, yang merupakan mantan pesepak bola legendaris China.
Sama seperti istrinya, Hao juga masuk dalam daftar hitam pemerintah karena sikap vokal mereka. Tragisnya, pengucilan ini tidak hanya datang dari negara, tetapi juga dari lingkungan terdekat. Ye mengungkapkan bahwa ayahnya sendiri pernah memintanya untuk berhenti melayangkan protes agar bisa hidup tenang.
Relasi sosial Ye dengan masa lalunya pun benar-benar terputus. Teman-teman sejawat seperti Dai Yun, yang dahulu sangat akrab dengannya saat masih di asrama, kini telah memutus komunikasi dan menghapus kontak media sosialnya.
Meski hidup terasing, Ye dan suaminya bersikeras bahwa mereka bukan membenci rakyat atau negara China, melainkan hanya menentang rezim yang dianggap telah bertindak jahat.
"Pemerintah China mengatakan kami pengkhianat, tapi kami tidak pernah mengatakan hal negatif tentang orang China," tegas Hao Haidong.
(Rivan Nasri Rachman)