KISAH pebulu tangkis cantik Chiharu Shida yang sempat ketakutan main di China karena diteror penguntit menarik untuk dibahas. Ya, pemain ganda putri asal Jepang tersebut sempat dibuat tak nyaman ketika bertanding di China karena merasa tak aman gara-gara ada penguntit.
Chiharu Shida, mengungkapkan pengalaman menakutkannya saat berkompetisi di China dalam dua tahun terakhir. Bintang bulu tangkis yang dijuluki "Pebulu Tangkis Tercantik" di media sosial China ini mengaku merasa sangat tidak nyaman dan sangat takut akibat teror penguntit tersebut.
Seperti dilansir South China Morning Post (SCMP), Shida menggunakan media sosial untuk menceritakan ia kerap diikuti oleh penguntit setiap kali bertanding di China selama 18 bulan terakhir. Momen itu ia ungkapkan saat menjalani Badminton Asia Championships 2025 di Ningbo, China pada April 2025 lalu.
Sang peraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024 itu memang memiliki popularitas yang luar biasa di kalangan penggemar bulu tangkis di China. Ia dikenal karena parasnya yang menawan dan mendapat julukan "Pebulu Tangkis Tercantik" di media sosial setempat.
Meskipun merasa bersyukur atas dukungan para penggemarnya, Shida merasa tertekan oleh perilaku penguntit.
"Saya tahu tidak semua penggemar seperti itu. China benar-benar hebat, dan saya berterima kasih atas dukungan penggemar,” ujar Shida, dikutip dari media South China Morning Post, Selasa (23/9/2025).
Namun, Shida menegaskan penguntitan ini sudah berlangsung terlalu lama. Ia pun mendesak para penguntit untuk segera menghentikan perilaku tersebut.
“Setiap kali saya bermain di China, saya diikuti. Ini sudah berlangsung lebih dari setahun. Saya sangat ketakutan,” sambung Shida.
“Mulai sekarang, tolong segera hentikan penguntitan atau perilaku serupa. Jika ini terus berlanjut, saya akan mencari jalan keluar," tambahnya.
Ini bukan kali pertama Shida menghadapi masalah serupa. Pada November 2023, di Chinese Masters 2023 di Shenzhen, ia juga pernah mengungkapkan di media sosial bahwa ia diikuti dan didekati terlalu intim oleh penggemar.
Saat itu, Shida juga meminta penggemar untuk menjaga jarak dan saling menghormati. Meskipun Shida tidak merinci kerugian spesifik yang dialaminya, ceritanya menggambarkan sisi gelap dari popularitas yang berlebihan, di mana seorang atlet harus berjuang untuk mendapatkan ruang dan keamanan pribadi.
(Rivan Nasri Rachman)