“Tapi kemudian, di luar lintasan. Saya tahu cara membedakannya,” tambah Marquez.
Lebih lanjut, Marquez mengakui pengalaman memang menjadi faktor kematangan bagaimana seseorang menyikapi sesuatu. Ia memuji Bagnaia sebagai salah satu pembalap yang sudah mempunyai kematangan.
“Saat saya berusia 20 tahun, saya tidak tahu bagaimana membedakannya. Itu masalah hidup dan mati. Waktu saya berumur 20 tahun, keadaannya seperti sekarang, tapi sedikit lebih buruk. Namun dengan cara ini, ada kesatuan dalam tim,” jelas Marquez.
“Pecco adalah seorang pria sejati, dia tidak pernah meninggikan suaranya atau melakukan hal apa pun. Tapi, di lintasan, dia adalah pejuang terbesar. Jika dia harus menaruh motornya di atasmu, seperti yang harus dia lakukan, dia akan menaruhnya di atasmu. Tapi begitulah dia,” pungkasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)