“Nah 100 persen ini maksudnya 80 persen lokal tapi kelas bawah. Nah yang 20 persen ini adalah teman teman yang biasa balapan. Yang (berpengalaman) Kejurnas motornya, yang ngerti bendera, Itu (yang sudah bertugas di MotoGP Indonesia) di 2022,” jelas Priandhi.
Lebih lanjut, Priandhi menjelaskan keputusan MGPA untuk sepenuhnya menggunakan marshal asal NTB sempat menuai kecemburuan dari sebagian marshal berpengalaman dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagai solusi, para marshal berpengalaman tersebut tetap diundang ke MotoGP Indonesia 2023, namun hanya menjadi tamu.
“Nah di 2023, semua pada marah-marah karena teman dekat saya enggak diajak lagi, karena 100 persennya dari NTB. Jadi teman dekat dari daerah enggak diajak. Akhirnya kita tetap undang sebagai tamu ya,” tutur Priandhi.
“Cuma mereka enggak kerja lagi karena yang lokal (NTB) sudah bisa memimpin. Jadi itu kebanggaan buat kami bahwa marshal lokal bisa memberikan kontribusi,” tandasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)