Perempuan kelahiran 11 Februari 1971 itu pun langsung bersinar pada awal kariernya di tahun 1989. Susy Susanti, yang baru berusia 18 tahun, saat itu sudah sukses menyabet gelar juara Indonesia Open.
Di tahun yang sama, Susy Susanti, turut membantu Tim Merah Putih meraih gelar perdana di ajang Piala Sudirman 1989. Sampai saat ini, prestasi tersebut belum pernah terulang lagi.
Nama Susy Susanti semakin mencuat dan diakui mata internasional. Itu terjadi setelah ia menyabet medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Hebatnya lagi, itu merupakan emas pertama bagi Indonesia selama bersaing di pesta olahraga paling bergengsi di dunia tersebut.
Menariknya, kekasihnya saat itu Alan Budikusuma, juga sukses membawa pulang medali emas di sektor tunggal putra. Sampai akhirnya, media internasional menyebut keduanya sebagai ‘Pengantin Olimpiade’. Keduanya pun menikah pada 9 Februari 1997.
Susy Susanti kembali memberikan medali untuk Indonesia di Olimpiade Atlanta 1996, meski hanya perunggu. Lalu, ia juga membantu Tim Merah Putih meraih juara Piala Uber 1994 dan 1996.
Selain itu, Susy Susanti berhasil menjadi juara dunia pada 1993. Dia pun memenangkan puluhan gelar di setingkat BWF World Tour saat ini, termasuk empat titel di turnamen bulutangkis tertua di dunia, yakni All England (1990, 1991, 1993 dan 1994).
Pada akhirnya, Susy Susanti pensiun di usia 26 tahun setelah menikah dengan Alan Budikusuma. Dia menutup kariernya sebagai pebulu tangkis tunggal putri paling sukses dalam sejarah bulu tangkis Indonesia.
Torehan Susy Susanti membuktikan, bahwa perempuan bisa meraih banyak prestasi. Dia benar-benar merupakan sosok inspiratif, yang paling dicontoh oleh para perempuan Tanah Air di seluruh cabang olahraga.
(Hakiki Tertiari )