ORAN – Pejudo berdarah Aljazair, Fethi Nourine, mendapatkan hukuman skors selama 10 tahun. Hukuman itu diberikan setelah dia menolak bertanding melawan atlet Israel di Olimpiade Tokyo 2020.
Selain Nourine, sang pelatih, Amar Benikhlef, juga dijatuhkan hukuman yang sama. Menurut laporan RT, Kamis (16/9/2021), Federasi Judo Internasional (IJF) menilai tindakan Nourine dan pelatihnya sudah menyalahi aturan kode etik yang ada.
Menurut IJF, mereka menggunakan partisipasinya di Olimpiade untuk mempromosikan propaganda politik dan religi. Oleh sebab itu, IJF menjatuhkan hukuman larangan berpartisipasi dalam segala ajang judo untuk Nourine dan sang pelatih hingga 23 Juli 2031.
Hukuman itu tentu saja memangkas karier Nourine dan secara tidak langsung memaksanya pensiun. Sebab, Neourine sudah menginjak usia 30 tahun.
BACA JUGA: Menolak Lawan Atlet Israel di Olimpiade Tokyo 2020, Pejudo Aljazair Terancam Kena Sanksi
Namun, Nourine dan pelatihnya masih bisa mengajukan banding untuk meringankan hukumannya di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Alhasil masih ada harapan baginya dan sang pelatih untuk lolos dari hukuman ini.
Sebelumnya, tindakan Nourine dan sang pelatih menuai kritik keras dari berbagai pihak. Kala itu, Nourine, yang turun dalam nomor 73 kilogram (kg) putra cabang olahraga (cabor) Judo Olimpiade Tokyo 2020, sedang berhadapan dengan pejudo asal Sudan, Mohamed Abdalrasool.
Pemenang partai itu akan langsung berhadapan dengan atlet Israel di babak berikutnya. Mengetahui hal itu, Nourine dan sang pelatih langsung mengambil langkah tegas untuk menolak bertanding dengan atlet Israel, Tohar Butbul, jika lolos ke babak selanjutnya.
Hal ini berkaitan dengan dukungannya kepada negara yang berkonflik dengan Israel, yaitu Palestina. Imbasnya, Nourine dan sang pelatih langsung dipulangkan oleh Komite Olimpiade Aljazair (AOC) ke Aljazair.
Selain itu, AOC juga secara tegas menarik akreditasi milik Nourine dan Amar. Sekarang, Nourine dan sang pelatih menerima skors 10 tahun dari IJF.
(Andika Pratama)