Setelah adanya undangan mengikuti seleksi, para wasit kemudian mengikuti sejumlah tes untuk bisa lolos kualifikasi. Seperti yang dijelaskan di atas sejumlah tes dilakukan meliputi tes fisik, tes tulis, scoring test, management test, dan wawancara.
"Setelah lima item ini sudah terpenuhi. Kemudian ada uji coba untuk memimpin pertandingan pada sebuah event seperti pada babak kualifikasi Paralimpiade yang diikuti para atlet," kata Neta.

"Setelah memimpin pertandingan tersebut, Federasi Dunia kemudian melakukan evaluasi," Neta menuturkan.
Kemudian, jumlah yang lolos ke tahap selanjutnya mengerucut menjadi 50 wasit dan perjuangan Rahadewineta berlanjut dengan ikut kualifikasi zona Afrika di Maroko pada Februari 2020.
Namun karena pandemi Covid-19, proses kualifikasi menjadi lebih lama. Terlebih, banyak event yang tertunda termasuk mundurnya jadwal Paralimpiade Tokyo.
Penantian Neta pun tak sia-sia. Dengan kepastian bergulirnya Paralimpiade Tokyo membuat kualifikasi berlanjut. Hingga akhirnya, dia pun terpilih menjadi satu dari 30 wasit yang bakal memimpin setiap laga di Paralimpiade Tokyo.
Punya jam terbang
Untuk bisa memimpin pertandingan di ajang besar seperti Olimpiade dan Paralimpiade tak mudah. Butuh jam terbang tinggi untuk bisa ikut seleksi lalu menjalani proses kualifikasi. Kiprah Neta sebagai wasit pun tak perlu diragukan lagi.
Sejak debut 2007, tak kurang dari 50 kejuaraan internasional pernah dia pimpin. Bahkan sejumlah penghargaan sebagai wasit pun telah dia peroleh.
Misalnya, Best Referee of China Open Taekwondo Championships 2018 dan Best Referee of World PARA Taekwondo Championships di Turki 2015. Dengan segudang pengalaman tersebut, wajar bila Neta bisa memimpin di pesta olahraga terbesar untuk atlet disabilitas di dunia itu.
Dalam kesempatan ini, Neta mengajak semua wasit Indonesia untuk memperbanyak pengalaman di event internasional.
"Perbanyak jam terbang memimpin ajang internasional yang memiliki grade poin resmi. Setelah sering memimpin laga, secara otomatis nama wasit akan naik dan bisa terpilih untuk mengikuti seleksi," ujarnya.
Beruntung, Neta adalah salah satu wasit yang bernaung di Universal Taekwondo Indonesia Profesional (UTI-Pro). Dengan begitu, Neta bisa mendapatkan dukungan penuh baik dari fasilitas, akomodasi, dan lainnya.
Namun kata Neta, bagi yang belum ada naungan, jangan jadi alasan untuk tidak tumbuh dan mencari pengalaman.
"Ketika tidak ada yang menaungi atau pemerintah tak memberikan solusi, paling tidak mengeluarkan kocek pribadi. Kalau tidak, bisa mencari sponsor," ujar Neta.