JAKARTA – Kemenpora RI resmi menggandeng Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Menpora RI, Erick Thohir, menyebut momen ini sebagai langkah nyata transformasi.
Kedua pihak resmi bersinergi usai menandatangani nota kesepahaman di Jakarta, Selasa 18 November 2025. Komitmen serta kolaborasi ini dijalin dalam rangka menjaga keuangan negara agar penggunaannya tepat sasaran dan akuntabel.
“Saya dan Kepala BPKP bersepakat di mana saya meminta untuk BPKP mengawal menyeluruh program transformasi Kemenpora,” ujar Erick, dikutip Minggu (23/11/2025).
Kepala BPKP, Muhammad Yusuf Ateh, memuji dan mengapresiasi langkah sinergitas yang dituangkan dalam bentuk penandatanganan nota kesepahaman ini. Ia menyatakan, pihaknya siap mendukung dan berkomitmen membantu langkah Kemenpora.
“Intinya apa yang dibutuhkan kami siap dukung. Ini awal dari membangun komitmen, kami akan bantu semaksimal mungkin agar tujuan pak menteri dalam membangun kepemudaan dan keolahragaan bisa terwujud dengan baik,” tutur Yusuf Ateh.
Erick menjelaskan, saat ini pihaknya sudah melakukan penyederhanaan 191 peraturan menteri sejak 2009. Penyederhanaan dilakukan cukup signifikan menjadi 5 hingga 20 aturan. Beberapa yang tidak relevan dihapuskan.
Di antara aturan itu, terdapat Permenpora Nomor 14 Tahun 2024 tentang Standar Pengelolaan Organisasi Olahraga Lingkup Olahraga Prestasi. Permen ini sempat menimbulkan polemik di antara stakeholder olahraga nasional.
“Bapak Presiden sudah menyampaikan, beliau ingin pembangunan karakter bangsa untuk pemuda ini menjadi hal yang teramat penting. Selain juga memastikan yang namanya olahraga harus menjadi duta bangsa yang mencerminkan kedigdayaan,” ujar Erick.
Selain itu, Menpora Erick juga menyebut pihaknya akan membuat turunan program strategis. Misalnya, komitmen dalam memfokuskan 17 cabang olahraga unggulan agar lebih efisien.
“Contoh saja, kalau kita melihat sebuah prestasi olahraga, tentu tolak ukurnya ada medali. Tetapi dalam sebuah program dari pada 17 cabor, pasti antara satu dan lainnya ada perbedaan,” terang Erick.
“Misalnya bulu tangkis, atletnya ini banyak ke sistem sirkuit (pertandingan). Tetapi kalau renang, atlet dikirim ke luar negeri pelatnas jangka panjang. Belum tentu antara bulu tangkis dan renang mendapatkan hasil yang sama dengan strukutur pembiayaan yang berbeda,” tambahnya.
Lebih lanjut, Erick ingin pembangunan pusat pembinaan atlet dan akademi olahraga nantinya bisa melahirkan jenjang atlet berkelanjutan, mulai dari unggulan menjadi elit. Hal ini sesuai dengan amanat dari Presiden RI, Prabowo Subianto.
“Hal ini tidak mudah. Karena itu perlu pengawalan sejak dini bagaimana pola pikir kami menjadi satu kesatuan,” kata pria yang juga Ketua Umum PSSI itu.
“Untuk kepemudaan, Bapak Presiden sudah bicara dua hal yaitu karang taruna dan pramuka, itu menjadi sebuah tupoksi penting dalam fondasi pembangunan karakter. Tentu kami akan selaraskan program yang ada di kementerian sebagai ujung tombak mencerminkan karakter anak muda ke depan,” tutupnya.
(Wikanto Arungbudoyo)