Kesulitan ini disebabkan oleh kondisi politik di Myanmar. Berdasarkan laporan media Asahi Shimbun, sebagian warga Myanmar melihat partisipasi di Olimpiade sebagai dukungan terhadap rezim junta militer yang mengambil alih kekuasaan dari pemerintah sipil pada Februari 2021 lalu, sehingga fasilitas olahraga sulit diakses.
Meski demikian, Thuzar mampu mengatasi tantangan tersebut dan berhasil berpartisipasi di Tokyo.
"Saya merasa sangat bangga bisa menjadi pebulu tangkis pertama Myanmar di Olimpiade. Saya hanya ingin bilang kepada orang-orang yang mendukung saya kalau saya akan berusaha yang terbaik di Olimpiade ini,” kata Thuzar, dilansir dari situs resmi BWF, Kamis (20/11/2025).
(Rivan Nasri Rachman)