Wawancara Eksklusif Dejan Ferdinansyah: Cerita Perjalanan Rumitnya di Bulu Tangkis hingga Nyaris Pensiun Berkali-kali

Bagas Abdiel, Jurnalis
Sabtu 08 Maret 2025 12:19 WIB
Pebulutangkis ganda campuran Indonesia, Dejan Ferdinansyah. (Foto: Bagas Abdiel/Okezone)
Share :

PEBULUTANGKIS ganda campuran Indonesia, Dejan Ferdinansyah berbagai cerita mengenai perjalanan ia selama berkarier sebagai pebulutangkis profesional. Ternyata, Dejan melalui banyak rintangan hingga nyaris pensiun, namun ia nyatanya tetap berjuang dan terus berusaha menjadi yang terbaik.

Perjalanan Dejan untuk menjadi atlet bulu tangkis bisa dikatakan berbeda dari atlet bulu tangkis yang lain. Jika seorang atlet bulu tangkis memulai latihan serius di usia 7-8 tahun, Dejan justru terbilang terlambat. Bahkan tepatnya di usia 11 tahun.

1. Berawal dari Seleksi O2SN

Semua itu berawal dari seleksi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) level Sekolah Dasar (SD) untuk mewakili Kecamatan Kadungora ke tingkat Kabupaten Garut. Dejan yang hanya ‘bermain-bermain’ dengan bulu tangkis ternyata mampu lolos ke final seleksi kecamatan walau berakhir kalah.

“Setelah saya kalah di final itu, saya nangis. Saya nangis karena sedih lah waktu itu banyak yang nonton juga tapi saya kalah, belum bisa juara. Akhirnya karena itu, yang tadinya cuma main-main bulu tangkis aja sama Ayah, saya bilang ke Ayah pengen latihan serius,” tutur Dejan kepada Okezone dalam wawancara eksklusif, dikutip Sabtu (8/3/2025).

“Saya bilang ke Ayah ingin latihan serius di klub. Trus ditanya kenapa? saya jawab karena kalah pas O2SN. Akhirnya Ayah membawa saya ke temannya, latihan di klub-klub kecil. Jadi baru benar-benar mulai latihan dan belajar bulu tangkis itu umur 11 tahun,” kenang pemain kelahiran 21 Januari 2000 tersebut.

Meski terbilang terlambat, Dejan justru bekerja ekstra untuk mengejar ketertinggalannya. Setelah 3 tahun menjalani latihan di Garut, Dejan mencoba melebarkan sayap dengan menjalani tes di klub-klub bulu tangkis berskala nasional. Sebut saja seperti Mutiara Cardinal Bandung, Exist Badminton Club hingga PB Djarum, namun gagal setelah melakukan percobaan berkali-kali.

Meski begitu, Dejan mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan salah satu klub di Bogor bernama PB Bintang untuk mengasah kemampuannya di dunia tepok bulu. Belum genap setahun di klub tersebut, Dejan yang berusia 14 tahun sukses mencuri perhatian dengan menorehkan prestasi hingga level nasional seperti Sirkuit Nasional.

Dejan Ferdinansyah dan Serena Kani foto PB Djarum

Sayangnya ketika ia mulai berprestasi di PB Bintang selama 2,5 tahun, klub tersebut justru dilanda guncangan. PB Bintang mulai tak terurus imbas sang pemilik klub meninggal dunia. Kondisi ini membuat Dejan terlantung-lantung hingga pulang kampung ke Garut karena tidak bisa mengikuti turnamen. Inilah momen pertama Dejan mengalami kegalauan tentang masa depannya di bulu tangkis.

“Pada masa itu saya pernah off selama 1 tahun. Karena di PB Bintang itu enggak ada yang biayai untuk pertandingan. Bahkan saya pernah di rumah itu mungkin sampai 4-5 bulan karena klubnya ini lagi goyang. Tapi di satu sisi, saya punya prestasi. Jadi saya mikir ‘aduh gimana ya ini?’,” kenang Dejan tentang situasinya menjelang usia 17 tahun kala itu.

 

Singkat cerita, Dejan mendapat kesempatan emas untuk melanjutkan kariernya setelah diangkut salah satu klub kenamaan Jakarta, Exist Badminton Club. Selama hampir dua tahun, Dejan sukses menorehkan sejumlah prestasi apik, diantaranya menjadi semifinalis Kejuaraan Nasional 2018 kategori taruna sektor ganda campuran bersama Tsavanne Mertosono.

“Jadi setelah PB Bintang bubar, klub Exist mau merekrut saya, PB Djarum juga mau, karena saya punya prestasi. Tapi saya memilih Exist karena mereka mau bantu saya. Bersama Exist, saya cukup punya prestasi selama dua tahun di kelas taruna. Tapi memang belum rezekinya buat saya masuk ke pelatnas,” terang Dejan.

Sayangnya, penyelamatan tersebut tak berlangsung lama. Pada 2019, setelah Dejan lepas dari kelas taruna, Exist Badminton Club tak memiliki pembinaan level senior hingga akhirnya ia harus dipulangkan. Sekali lagi, Dejan menemui kegalauan dan kariernya di bulu tangkis terancam.

“Selepas itu, saya pulang lah ke Garut. Sebelumnya saya juga ditanya sama orangtua. Kamu mau kemana? Saya jawab belum punya planning. Saya belum tahu apa-apa juga. Saat itu saya harus ngobrol dengan orangtua karena memang usia saya udah dewasa dan harus bertindak seperti apa. Tapi di diri saya tuh ada keinginan saya mau coba,” tutur Dejan.

Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja

2. Gabung PB Djarum

Tetapi, lagi-lagi karier Dejan diselamatkan. Kali ini datang dari PB Djarum lewat pelatih Antonius Budhi Ariantho yang memanggilnya karena membutuhkan pemain ganda untuk level senior. Bersama PB Djarum, Dejan pun semakin menunjukkan eksistensinya hingga muncul harapan untuk masuk ke Pelatnas PBSI lewat jalur magang.

“Waktu itu sempat ada omongan dan dengar-dengar pembicaran kalau misalnya saya bisa magang di pelatnas PBSI karena dulu kan memang ada pantauan dan magang. Pada 2019 akhir itu ada pembicaraan kalau saya itu bisa magang,” tutur Dejan yang kala itu mampu menjadi semifinalis Kejuaraan Nasional 2019 kategori dewasa sektor ganda campuran bersama Serena Kani.

“Tapi singkat ceritanya di pengumuman penghuni pelatnas pada awal 2020, nama saya enggak ada. Padahal waktu di Kejuaraan Nasional 2019 itu saya bisa mengalahkan pemain-pemain Pelatnas. Umur saya pun masih 19 tahun. Saya enggak tahu juga kenapa enggak ada. Mungkin belum memasuki kriteria buat masuk pelatnas,” imbuhnya.

Meski pada akhirnya gagal menembus pelatnas, Dejan masih mendapatkan kesempatan dari PB Djarum untuk melanjutkan kariernya pada 2020. Akan tetapi, karier Dejan kembali mengalami pergolakan. Covid-19 membuat semua rencana karier Dejan menjadi kacau balau. Bahkan ia terancam terdepak dari PB Djarum pada awal 2021.

“Usia saya tetep berlanjut dan enggak mungkin selamanya saya ada di PB Djarum. Saat itu umur saya pun sudah 21 tahun dan sudah seharusnya saya mencari prestasi. Tapi semuanya terhenti (tidak ada turnamen) karena Covid-19. Singkat ceritanya di perjalanan Covid-19 itu saya mulai terpikirkan untuk mau berhenti dari bulu tangkis,” ucap Dejan.

 

“Tapi berhenti itu bukan karena saya yang ingin, tapi keadaan yang membuat saya harus berhenti, karena enggak ada pertandingan. Kelas dewasa di PB Djarum saat itu juga saya yang paling gede. Fair kalau PB Djarum tidak mau lanjut. Beberapa kali saya berpikiran berhenti karena memang keadaannya yang harus saya berhenti. Saat itu saya benar-benar harus berhenti menjadi atlet,” terangnya.

Lagi-lagi karier Dejan terancam pada awal 2021. Namun, sekali lagi, takdir terus membawanya untuk menjadi atlet bulu tangkis. Kehadiran Vita Marissa di PB Djarum selepas keluar dari Pelatnas PBSI pada awal 2021 ternyata memberi angin segar bagi Dejan. Ia tetap dipertahankan oleh PB Djarum dan pilihan pensiun kembali tertunda.

Akan tetapi, Dejan yang menjalani musim 2021 bersama Serena Kani tak mengalami kemajuan yang signifikan. Minimnya pertandingan juga menjadi salah satu faktor Dejan/Serena tak banyak berkembang. Hingga pada akhir 2021, Dejan kembali dihadapkan pada kegalauan. Puncaknya, di sinilah karier Dejan nyaris tidak tertolong.

dejan ferdinansyah dan siti fadia foto bagas abdiel

“Pada 2021 saya ada kesempatan buat main di Kejuaraan Dunia 2021 bulan Desember. Tapi, itu juga seharusnya menjadi pertandingan terakhir saya di PB Djarum. Soalnya setelah Kejuaraan Dunia, Ci Vita sempat bilang ke saya kalau saya harus mikirin lagi ke depannya mau seperti apa, karena PB Djarum udah enggak ada sektor dewasa lagi,” lanjut Dejan.

“Saya juga udah realistis lah. Plan-nya waktu itu yang terpikir adalah saya pergi keluar negeri. Cuma saya masih penasaran, saya masih coba untuk berkarier di Indonesia. Ya saat itu ada dua planning saya, kalau enggak tetap bertahan di Indonesia atau saya langsung keluar negeri, khususnya Italia waktu itu,” kata Dejan lagi.

Namun, di tengah putus asanya Dejan, harapan itu justru muncul lagi. Keajaiban itu benar-benar nyata untuk Dejan supaya ia terus berkarier di dunia bulu tangkis. Pada awal 2022, sejumlah pemain ganda campuran senior didikan PB Djarum secara mengejutkan terdegradasi dari pelatnas PBSI. Salah satunya adalah Gloria Emanuelle Widjaja.

Kondisi ini kemudian membuat Vita selaku pelatih ganda campuran PB Djarum menawarkan Dejan -yang kala itu bahkan sudah pulang ke Garut- untuk berduet dengan Gloria. Ajakan itu lagi-lagi menjadi angin segar bagi Dejan dan bisa dibilang menjadi penyelamatan terbesar dalam kariernya di dunia bulu tangkis.

3. Duet dengan Gloria Buka Harapan Baru

Duet Dejan/Gloria benar-benar menjadi harapan lain bagi sektor ganda campuran Indonesia yang tengah mengalami krisis. Nama Dejan mulai meningkat drastis dan sangat diperhitungkan di level nasional hingga internasional. Hingga akhirnya pada 2025 Dejan mendapat panggilan dari PBSI untuk menjadi penghuni pelatnas Cipayung pada awal tahun ini.

“Saya merasa semua ini rezeki dari Tuhan, rezeki dari Allah. Saya selalu diberi kesempatan padahal saya beberapa tahun ke belakang, mungkin bisa dibilang 2 atau 3 kali saya mau berhenti dari bulu tangkis. Di saat-saat saya susah itu, saya cuma mikir saya mau latihan aja. Kayak modal kita apa sih? Cuma latihan dan semangat. Itu aja udah,” tegas Dejan dengan penuh semangat.

“Saya percaya kalau memang udah waktunya, yaudah selesai. Mau kita selesai di bulu tangkis, mau saya selesai di apapun itu kalau memang udah waktunya, yaudah. Jadi saya cuma mikir bahwa saya harus lakukan apa saja yang harus saya lakukan yaitu latihan dengan semangat,” tutup pria yang kini masih aktif menjadi pebulu tangkis nasional dan salah satu andalan Indonesia itu.

(Rivan Nasri Rachman)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Sports lainnya