Padahal, Stoner yakin Bagnaia tak menginginkan hal itu. Dia menilai Bagnaia lebih suka berjuang dengan usahanya sendiri.
“Ketika mereka (petinggi-petinggi Ducati) mulai melakukan team order, itu bukan sekadar meminta rekan satu tim, ‘Jangan menimbulkan masalah bagi rekan setim Anda, mundurlah'. Mereka mengendalikan seluruh pabrikan. Saya tidak suka melihat itu, dan saya tahu Pecco tidak menginginkannya. Kasihan sekali Pecco,” kata Stoner, dilansir dari Motosan, Rabu (8/11/2023).
“Mereka memberikan begitu banyak ketegangan dalam situasi tersebut. Mereka bisa belajar menjadi lebih baik dalam hal itu. Mereka belum pandai mengelola proyek percontohan dan memahami tekanan yang mereka (pembalap) derita. Mereka berpikir dalam dimensi mereka sendiri,” tambahnya.
Stoner pun menilai perilaku yang buruk kepada para pembalap membuat Ducati kesulitan untuk meraih gelar juara. Bahkan, mereka sampai puasa gelar 15 tahun. Padahal menurutnya, mereka sudah punya motor pemenang sejak beberapa tahun sebelumnya.
“Mereka sudah memiliki motor terbaik untuk sementara waktu, tapi masih sulit bagi mereka untuk memenangkan kejuaraan hingga tahun lalu, dan tahun ini,” ujar pembalap berusia 38 tahun itu.
“Itu bukan karena motornya. Ini tentang cara program dijalankan. Mereka harus memberikan kredit lebih kepada para pembalap. Biarkan mereka menyampaikan pendapatnya. Dan hilangkan tekanan dari mereka, bukan menekan mereka. Biarkan mereka lari! Dan mereka akan mengetahuinya,” pungkasnya.
(Djanti Virantika)