Margaretha bercerita tentang bagaimana perjuangannya ketika masih duduk di bangku kuliah. Pada saat itu, dia kuliah di Universitas Negeri Medan jurusan Bahasa Jerman.
Pada saat itu, sepulang latihan, dia turun dari angkot pada titik yang lebih jauh daripada biasanya. Jalan yang dilakui olehnya pun tidak familiar. Akibatnya ia terperosok ke selokan sampah yang membuat sekujur tubuhnya bau.
"Itu sakitnya gak seberapa tapi malunya. Saya ditolong sama tukang becak. Terus saya bilang sama tuhan, udah tuhan sudah kan kamu puas lihat aku. Terus aku nangis," ucapnya.
Proses itulah yang membuat Margaretha mampu bertahan di percaturan Nasional dan Internasional.
"Itu kan proses tuhan. Itu kan pulang latihan catur mas. Akhirnya dari latihan catur itu ternyata catur itu yang membuat bisa berdiri sampai sekarang. Padahal proses itu yang sakit," ungkapnya.
Ke depannya, Margaretha berharap untuk bisa berprestasi untuk Indonesia. Mimpi terbesarnya adalah untuk bisa tampil di Paralimpik Olimpiade, namun hingga saat ini, cabor catur masih belum dipertandingkan.
"Ke depannya pasti pengin prestasi nya selalu meningkat kalau boleh bisa bermain di olimpiade. Kalau olimpiade untuk disabilitas belum ada," tutupnya.
(Reinaldy Darius)