Tugas utama seorang ring girl adalah membawa papan yang menunjukkan nomor ronde berikutnya di antara jeda pertandingan. Di sini, mereka berjalan mengelilingi ring, tersenyum, dan kadang meniupkan ciuman ke arah kamera untuk menghibur penonton.
Selain itu, ring girl juga sering terlibat dalam kegiatan promosi, seperti sesi foto, wawancara media, hingga menjadi brand ambassador sponsor acara. Sejak pertama kali muncul di majalah Ring Magazine pada 1965, konsep ini terus diadopsi oleh berbagai ajang tarung, termasuk tinju, kickboxing, dan MMA.
Tingginya gaji ring girl tidak lepas dari nilai komersial mereka. Kehadirannya jelas mampu menarik perhatian penonton dan meningkatkan daya tarik acara sehingga bisa menguntungkan promotor dan sponsor yang terlibat.
Terlepas dari itu, bayaran tinggi untuk profesi ini juga sempat menuai kontroversi. Pada 2015, seorang mantan juara UFC pernah memprotes bayaran ring girl yang dinilai terlalu tinggi dibandingkan petarung wanita.
Menurutnya, tugas ring girl yang hanya berjalan mengelilingi ring tidak sebanding dengan risiko yang dihadapi petarung. Kritik itu dibalas oleh ring girl bernama Arianny Celeste dengan menyebut profesinya juga memiliki tantangan, seperti menjaga penampilan dan menghadapi tekanan publik.
Itulah gaji ring girl atau pemegang papan ronde tinju. Harap diingat, ada risiko di balik nominal tersebut.
(Wikanto Arungbudoyo)