Kisah pebulutangkis China, Ye Zhaoying menarik untuk dibahas. Pasalnya ia pernah berstatus sebagai pahlawan China lantaran mampu mengharumkan nama negara tersebut lewat bulu tangkis, namun tiba-tiba saja ia dicap sebagai pengkhianat oleh pemerintah China.
Pada era 1990-an, nama Ye Zhaoying begitu terkenal. Namanya bahkan pernah menghantui Susy Susanti. Namun, di balik ketenarannya, terdapat cerita yang penuh dengan kesedihan dan perjuangan.
Secara total, Ye Zhaoying dan Susy Susanti sudah 31 kali bertemu selama aktif menjadi pemain bulu tangkis. 11 pertandingan dimenangkan oleh Ye Zhaoying dan 20 kali dimenangkan oleh Susy Susanti.
Nahasnya, legenda China itu memiliki nasib yang kurang sedap ketimbang legenda tunggal putri Indonesia itu dalam hidupnya. Susy kini jadi legenda di Indonesia, sementara Ye Zhaoying dicap sebagai pengkhianat oleh pemerintah China.
Ya, Ye Zhaoying, yang pernah menjadi musuh bebuyutan Susy Susanti, kini hidup dalam kesunyian dan kesepian setelah dianggap pengkhianat oleh pemerintah China. Di masa kejayaannya, ia adalah seorang atlet yang sangat dihormati, memenangkan medali emas di Kejuaraan Dunia Badminton pada tahun 1995 dan 1997, serta meraih medali perak di Olimpiade Atlanta 1996.
Semuanya berawal dari Ye Zhaoying pernah mengaku bahwa dirinya sempat diancam dan minta untuk sengaja kalah saat melawan kompatriotnya, Gong Zhichao di semifinal Olimpiade 2000. Akibat pengakuan itu, ia justru dianggap melawan rezim China yang penuh dengan intrik politik.
Alhasil, Ye Zhaoying pun dicap pengkhianat oleh pemerintah China. Bahkan, nama Ye Zhaoying pernah dihapus dalam sejarah olahraga China meski rival Susy Susanti itu telah mendulang banyak prestasi bergengsi dalam kariernya.
“Ayah saya selalu mengatakan kepada saya untuk menjalani hidup dan berhenti memprotes pemerintah China,” kata Ye Zhaoying, mengutip dari Sportv2dk.
“Tidak, tidak ada. Mantan pemain tim nasional telah menghapus saya di WeChat. Dai Yun yang pernah menjadi teman saya selama di asrama adalah salah satunya,” tambah musuh Susy Susanti itu.
“Pemerintah China mengatakan kami pengkhianat tapi kami tidak pernah mengatakan hal negatif tentang orang China. Kami hanya berbicara menentang rezim Tiongkok,” jelas Hao Haidong.
“Dunia bisa melihat betapa jahatnya tindakan yang dilakukan pemerintah China kepada kami,” tutupnya.
Kini Ye Zhaoying menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari kemewahan dan sorotan media yang pernah ia nikmati. Tidak ada lagi sorotan kamera atau dukungan dari tanah airnya, hanya kenangan dan perjuangan harian.
Cerita Ye Zhaoying adalah peringatan akan betapa mudahnya seorang bintang jatuh dari ketinggian, bukan karena kegagalan di lapangan, tetapi karena politik dan nasionalisme yang tidak mengenal ampun. Ia mengingatkan kita bahwa di balik setiap medali dan kemenangan, ada cerita manusia yang kompleks dan seringkali penuh dengan tragedi.
(Rivan Nasri Rachman)