“Ya mungkin lebih diperhatikan lagi dari segi tim Ad Hoc ini kepada atletnya, apalagi yang mau bertanding di olimpiade. Kami merasa lebih diprioritaskan, lebih dilaksanakan lah, dibuat persiapan gitu kan, lebih baik lagi yang perlu kami butuhkan,” pinta Fajar.
“Misalnya gizi yang baik, sport science yang bagus, dan bagaimana misalkan kami membangun mental untuk di dalam lapangan bersama psikologi gitu. Jadi lebih detail bersama tim Ad Hoc ini,” tukas jebolan SGS PLN itu.

Dibentuknya tim Ad Hoc adalah untuk membantu para atlet memperebutkan tiket ke Olimpiade Paris 2024 dan kemudian melakukan persiapan bagi mereka yang sudah lolos. Hasilnya, sebanyak enam wakil Indonesia mentas di cabang olahraga bulu tangkis ajang empat tahunan tersebut.
Namun sayang, hasilnya kurang memuaskan karena empat dari enam wakil Indonesia gugur di fase grup Olimpiade Paris 2024. Hanya Gregoria Mariska Tunjung yang melangkah paling jauh hingga ke semifinal sampai akhirnya membawa pulang medali perunggu.
Untuk ukuran cabor bulu tangkis yang punya tradisi menyumbang medali emas untuk Indonesia di Olimpiade, hasil itu membuat masyarakat kurang puas. Bisa dibilang ini menjadi salah satu Olimpiade terburuk dalam sejarah bulu tangkis Tanah Air sejak kali terakhir pulang tanpa satu pun medali di London 2012.
(Wikanto Arungbudoyo)