KENAPA bentuk tubuh para petarung UFC justru ramping dan tidak terlalu berotot? ternyata ini penyebabnya. Ultimate Fighting Championship (UFC) tidak dapat dipungkiri telah menjadi ajang Mix Martial Art (MMA) atau kompetisi beladiri campuran paling populer di dunia saat ini.
Nama-nama besar seperti Khabib Nurmagomedov hingga Conor McGregor menjadi sederet petarung yang sukses setelah bertarung di ajang tersebut.
Saat ini, kepopuleran UFC sebagai kompetisi beladiri kelas dunia membuat banyak petarung baru terus bermunculan. Namun, satu yang hampir sama dari semua petarung, mereka memiliki bentuk tubuh yang cenderung ramping dan tidak begitu berotot
Orang awam tentu akan bertanya-tanya terkait hal ini. Karena bagaimanapun, otot adalah hal yang sangat penting bagi seorang petarung. Semakin berotot, maka akan semakin besar tenaganya dan semakin mudah mengalahkan lawannya.
Namun, nyatanya bukanlah demikian. Dalam pertarungan MMA di dalam oktagon, petarung UFC dituntut untuk memiliki fisik yang cepat, tangkas, dan memiliki daya tahan super kuat. Dalam hal ini, otot besar bukanlah hal yang paling utama, melainkan daya tahanlah yang paling diutamakan.'
Melansir MMA Channel, pertarungan di UFC menguras fisik yang hampir sama seperti marathon. Petarung UFC harus bisa mengkondisikan tubuhnya untuk tetap bisa prima bertarung dalam 5 ronde dengan pertarungan yang cepat dan intensif.
Untuk bisa melakukannya, besarnya otot tidak akan berguna. Petarung lebih harus memiliki ketahanan otot yang luar biasa. Singkatnya, otot besar sangat bagus untuk kekuatan yang besar dalam waktu singkat. Ini seperti halnya atlet angkat beban atau sepakbola yang harus memiliki masa otot besar.
Namun, untuk bisa bertarung dalam lima ronde, petarung UFC bukan membutuhkan daya ledak yang besar, tapi daya tahan yang sangat kuat. Petarung UFC akan terfokus untuk membangun daya tahan otot dan menjaga lemak tetap rendah, yakni sekitar 5-9 persen.