“Saya tidak bisa bernapas. Itu adalah balapan tersulit dalam hidup saya,” ungkap Aleix Espargaro, dikutip dari Speed Week.
“Dalam tiga lap terakhir, saya bahkan panik karena mencoba bernapas tetapi tidak bisa bernapas. Saya pikir saya akan mati. Saya tidak bisa bernapas. Itu adalah balapan yang sangat sulit dan sangat sulit untuk tetap fokus,” imbuhnya.
Selain gara-gara suhu panas yang keluar dari motornya, suhu trek Sirkuit Buriram juga tinggi mencapai 37 derajat. Suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan di Eropa. Kendati demikian, Aleix Espargaro merasa dirinya merasa balapan tersebut menjadi simbol Kejuaraan Dunia baginya.
“Balapan hari ini adalah simbol situasi Kejuaraan Dunia bagi saya. Kami berada di posisi kelima, empat pembalap yang finis di depan saya tahun ini lebih cepat dan memiliki motor yang lebih baik dari saya,” ujarnya merujuk pada pembalap Ducati GP23 Jorge Martin dan Francesco Bagnaia, Marco Bezzecchi di GP22 dan Red Bull KTM, Brad Binder.
(Djanti Virantika)