“Kita coba aja, setelah kita coba, seminggu kemudian berlatih. Ya mungkin beda sama temen-temen yang lain, yang lain pada ngerasa badan pada sakit semua, sayanya engga ngerasa, biasa aja. Jadi, seminggu berikutnya tinggal sendirian yang tadinya rame-rame,” kata pria berusia 34 tahun itu.
“Jadi ya lanjut terus, Alhamdulillah rezekinya mungkin di sini. Jadi, awal mula ketemu cabang olahraga angkat besi di situ. Bisa dibilang takdir ya ketemu cabang olahraga angkat besi,” tambahnya.
Eko mengaku tidak pernah mendapatkan tuntutan untuk menjadi atlet dari orang tua. Dia justru disuruh fokus menggembala kambing pada saat itu. Namun, setelah memperlihatkan potensi, Eko pun mendapatkan dukungan dari orangtua.
“Engga ada tuntutan dari orangtua harus jadi atlet. Kita kan dari Lampung punya pekerjaan juga penggembala kambing. Malah disuruh orangtua fokus menggembala kambing. Tantangan dari orangtua itu ya awalnya seperti itu, takutnya kalau kita sambil latihan, tanggung jawab menggembala kambing ini jadi lalai. Jadi tantangannya orangtua itu yang awalnya belum mengizinkan,” aku Eko.
“Setelah sebulan dua bulan berlatih, akhirnya kan bagi waktu aja (antara latihan dan menggembala kambing). Nah selama dua bulan, pelatih mungkin melihat ada progres dari saya. Ada potensi, akhirnya pelatih ngomong ke orangtua,” lanjutnya.
“Kalau ada potensi saya kan didukung, nah akhirnya orangtua menyetujui dan yang penting tanggung jawab menggembala kambing jangan sampai ditinggal juga. Jadi hampir setahun latihan, dari sana orangtua lebih percaya lagi dan mendukung,” pungkasnya.
(Reinaldy Darius)