Berdasarkan hasil pemeriksaan, dijumpai sebuah timah yang merupakan bahan pemberat shuttlecock di mata kanan Bagus. Akibat hal itu, Bagus akhirnya dilarikan ke rumah sakit St. John of God di Australia atas inisiatif bos Pelita Jaya tempat Bagus bernaung, Aburizal Bakrie.
Ditemani dengan manajer Pelita Jaya kala itu, Icuk Sugiarto dan perwakilan dari PBSI, Vina Johan, Bagus akhirnya menjalani pemeriksaan di Australia. Sayangnya, hal itu sudah terlambat.
Berdasarkan pemeriksaan, mata kanan Bagus sudah tidak lagi dapat diselamatkan. Sepantasnya, sesaat setelah insiden itu, matanya harus segera dioperasi untuk bisa menyelamatkannya.
Namun nasi telah menjadi bubur. Akibat hal itu, pebulutangkis kelahiran Jombang itu pun harus mengubur mimpinya menjadi pebulutangkis terbaik dunia di usianya yang baru 27 tahun.
Meski begitu, Bagus Setiadi masih mendapat bantuan dari PBSI. Ditengah karir atletnya yang kandas, Bagus dibantu untuk dapat menyelesaikan pendidikannya di STIE Perbanas Jakarta. Lebih dari itu, Bagus juga dijanjikan untuk menjadi bagian staff pembinaan di PBSI dan menjadi pelatih di klubnya, Pelita Jaya.
Diketahui, saat ini Bagus Setiadi menjadi salah satu pelatih bulutangkis di klub Jaya Raya, tepatnya di Jaya Raya Metland Cakung.
Di sisi lain, shuttlecock merk Gajah Mada yang membutakan mata kanan Bagus sejak saat itu pun resmi berhenti diproduksi dengan menggunakan pemberat timah. Bahan pemberat shuttlecock itu pun kemudian diganti dengan menggunakan bahan sejenis kertas.
(Rivan Nasri Rachman)