Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wynne Prakusya, si Ratu Tenis Indonesia yang Rela Jauh dari Keluarga Sejak 9 Tahun

Andhika Khoirul Huda , Jurnalis-Jum'at, 20 Agustus 2021 |10:49 WIB
Wynne Prakusya, si Ratu Tenis Indonesia yang Rela Jauh dari Keluarga Sejak 9 Tahun
Wynee Prakusya si ratu tenis Indonesia. (Foto: Reuters)
A
A
A

NAMA Wynne Prakusya tak boleh dilewatkan jika membicarakan soal tenis di Indonesia. Sebab, sosok Wynne Prakusya telah begitu tersohor di dunia tenis Tanah Air berkat prestasinya yang gemilang.

Bahkan, Wynne Prakusya sampai dijuluki Ratu Tenis Indonesia. Julukan ini muncul karena pencapaian manisnya menyapu bersih medali emas di gelaran SEA Games 2005 di Manila, Filipina.

Wynee Prakusya

Sebelum terjun ke dunia tenis, Wynne Prakusya kecil sebenarnya sangat gemar menari. Perempuan yang lahir di Solo 26 April 1981 itu bahkan pernah masuk televisi saat menari di depan Wali Kota Solo sekira umur delapan atau sembilan tahun.

Dari situ, Wynne Prakusya pun bercita-cita ingin masuk televisi ketika sudah besar nanti. Namun, cita-citanya berubah ketika sering diajak menonton pertandingan tenis oleh sang ayah.

Wynne Prakusya sering menonton pertandingan atlet-atlet internasional, seperti Monica Niculescu dan Steffi Graff. Di situlah, cita-cita Wynne Prakusya langsung berubah menjadi petenis profesional.

BACA JUGA: Andy Murray Yakin Tampil Apik di US Open 2021

“Pada saat umur sembilan tahun, ayah saya selalu mengajak saya melihat pertandingan tenis setiap malam di televisi. Kebetulan ketika saya melihat televisi, yang saya lihat adalah Monica Niculescu dan Steffi Graf. Jadi, dari situ saya bercita-cita menjadi professional,” kata Wynne saat dihubungi via telefon oleh MNC Portal Indonesia, Kamis (19/8/2021).

BACA JUGA: Jadi Petenis Top Dunia, Naomi Osaka Merasa Tidak Bersyukur

Wynne tinggal jauh dari orangtua sejak usia sembilan tahun. Dia dikirim ke Jakarta dari Solo oleh orangtuanya untuk bermain tenis.

Bahkan, Wynne Prakusya dikirim ke Eropa pada usia 12 tahun dan semakin jauh dari orangtuanya. Jarak yang tadinya terpisah 1 jam dengan perjalanan via udara, bertambah menjadi 16 jam. Menurutnya, itulah hal terberat yang dia jalani untuk menjadi atlet profesional.

“Saat saya memiliki cita-cita seperti itu, saya dikirim ke Jakarta oleh ibu saya. Saya asli solo, tapi umur sembilan tahun di pindahkan dari Solo ke Jakarta untuk bermain tenis. Pada saat itu, di usia yang masih sembilan tahun sangat berat untuk jauh dengan kedua orangtua,” ujar wanita yang kini berusia 41 tahun itu.

“Umur 12 tahun, saya dikirim ke Eropa, ketika itu saya nangis karena yang tadinya perjalanan hanya 1 jam ketika Jakarta-Eropa menjadi 16 jam,” imbuhnya.

Pelatihannya di Eropa adalah kerja sama antara Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PELTI) dengan salah satu perusahaan minyak. Saat itu, PELTI mendatangkan pelatih dari Ceko dan memilih empat anak dari 20 anak yang diseleksi untuk dibawa ke Eropa.

“Pada saat itu, PELTI kebetulan mengundang pelatih dari Ceko dan disponsori oleh salah satu perusahaan minyak. Pelatih asal Ceko itu melatih pemain nomor 5 dunia saat itu, Helena Sukova. Awal mulanya, dari 20 anak dipilih empat saja dan saya terpilih untuk dikirim ke sana oleh PELTI dan perusahaan minyak itu,” jelas wanita bertinggi 160 cm itu.

Wynee Prakusya

Setelah dua tahun menimba ilmu di Ceko, Wynne melanjutkan pelatihannya ke Florida, Amerika Serikat. Dia tidak pernah pulang ke Indonesia kecuali saat ada turnamen di tanah kelahirannya itu. Menurutnya, kalau dia pulang ke tanah air, permainannya akan tertinggal dari petenis-petenis luar negeri.

Wynne yang saat itu berusia 14 tahun merasa sangat berat untuk jauh dari keluarga. Ditambah lagi, teknologi komunikasi pada saat itu belum seperti sekarang sehingga hal itu terasa sangat berat baginya.

Namun, perjuangannya itu tidak sia-sia. Wynne terus berkembang menjadi petenis yang handal. Dia meraih runner-up Australia Open 1998 untuk kelas junior tenis nomor tunggal putri. Dia juga pernah membela Indonesia di Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004.

Wynne mengharumkan nama Indonesia di pesta olah raga se-Asia, Asian Games 2002, dengan meraih medali emas di nomor beregu dan perak di nomor ganda putri bersama Angelique Widjaja. Dalam perjuangannya di Asian Games 2002, terselip cerita ‘kecurangan’ tuan rumah Korea Selatan yang selalu menguntungkan petenis tuan rumah untuk memenangkan pertandingan.

Puncak kejayaannya terjadi pada SEA Games 2005 di Manila. Wynne yang saat itu berusia 24 tahun, sukses membawa pulang emas di nomor tunggal putri, ganda putri, dan beregu. Pencapaiannya nyaris sempurna andai di nomor ganda campuran, dia tidak kalah di final. Atas pencapaiannya tersebut, dia dijuluki Ratu Tenis Indonesia.

Sejak terjun ke dunia profesional pada usia 14 tahun hingga akhir kariernya pada 2007, Wynee telah meraih banyak gelar. Di antaranya adalah 2 gelar WTA nomor ganda putri, 9 gelar ITF nomor tunggal dan 17 gelar ITF nomor ganda putri.

Setelah pensiun, Wynne tidak bisa jauh dari dunia yang membesarkan namanya itu. Dia sempat bergabung di Sportama Tennis Institute selama enam tahun. Setelah itu, pada tahun lalu dia mendirikan sekolah tenis sendiri.

Wynne mendirikan sekolah tenis yang berlokasi di Jakarta Barat dengan nama West Tennis Academy. Dia mendirikan sekolah itu bersama rekannya yang juga petenis, Lavinia Tananta, dan juga suami dari Lavinia. Saat ini sudah ada 180 anak yang menimba ilmu di sekolah miliknya.

“Sekarang saya punya sekolah tenis sendiri dan saya sudah memiliki murid 180 anak di Jakarta. Saya membuka sekolah tenis ini bersama dengan su ami dari Lavinia Tananta. Jadi zaman saya ada Sendy, Ayu Fani, termasuk Lavinia ini. Lokasinya di Jakarta Barat dan bernama West Tenis Academy,” jelas Wynne.

Pada Desember 2010, Wynne menikah dan sekarang telah dikaruniai dua orang anak. Dia bercerita bahwa dua anaknya itu senang bermain tenis, walaupun sebenarnya dia tidak mengarahkan mereka untuk terjun ke dunia tenis juga.

Kegemaran anak-anaknya bermain tenis itu, juga menjadi motivasi baginya untuk mendirikan sekolah tenis. Selain mengurusi manajemen sekolah tenisnya, dia juga bertindak sebagai pelatih. Menurutnya, melatih anak-anak itu merupakan sebuah kesenangan.

(Djanti Virantika)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement