ANDORRA – Tekanan yang berlebihan diakui Fabio Quartararo membuatnya kehilangan gelar juara dunia MotoGP 2020. Ia memang berambisi menjadi juara dunia balap motor pertama dari Prancis. Namun, fokusnya saat ini adalah menjaga mentalitas yang tepat.
Kejuaraan Dunia MotoGP 2020 berubah dari mimpi indah menjadi petaka bagi Fabio Quartararo. El Diablo memang mampu menuntaskan dahaga publik Prancis melihat pembalapnya kembali menang di MotoGP setelah Regis Laconi pada seri Valencia 1999. Namun, setelah itu tekanan berat terus dirasakan.
Baca juga: Atasi Masalah Mental, Nakagami Enggan Tiru Quartararo dengan Pergi ke Psikolog
Akibatnya, Fabio Quartararo malah gagal menjadi juara dunia setelah mampu menyabet tiga kemenangan. Setelah memimpin klasemen dari awal musim, pembalap berusia 21 tahun itu perlahan melorot hingga menempati urutan delapan pada klasemen akhir.
Pengalaman pada MotoGP 2020 tentu menjadi pelajaran berharga yang dipetik Fabio Quartararo. Memasuki musim baru bersama tim pabrikan Yamaha, pembalap kelahiran Nice itu mengaku tidak mau merasakan beban apa pun.
Baca juga: Ingin Tampil Lebih Baik di Musim MotoGP 2021, Fabio Quartararo Temui Psikolog
“2019 adalah tahun di mana saya tidak merasa terbeban. Namun, kapan pun saya naik podium, orang-orang selalu mengatakan, ‘Orang Prancis berikutnya yang memenangi balapan. Sudah 20 tahun lamanya,’” ujar Fabio Quartararo, dilansir dari Motorsport Total, Minggu (21/2/2021).
“Saya orang Prancis, tetapi saya juga berpikir soal diri sendiri. Saya ingin mewakili Prancis, tetapi tidak mau berpikir terlalu banyak hingga menjadi beban ekstra. Saya tidak mau terus mengingatkan diri saya soal itu,” imbuh pembalap bernomor motor 20 tersebut.