“Nah bagaimana caranya itulah yang nanti kita kerjasamakan dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Luar bisa Pak Menteri telah memberikan masukan kepada kami. Akan ditindaklanjuti bersama diantara yang ingin kita tindaklanjuti itu ialah sebetulnya secara filosofis dan praktis, konsepnya ke depan lebih strategis adalah bagaiamana menciptakan karakter pemuda yang berbasis rumah ibadah, sebagai umat Islam tentu berbasis masjid yang beragama lain sesuai rumah ibadahnya,” pungkasnya.
Pria asal Sulawesi ini melanjutkan, hal itu juga dilakukan untuk memelihara moralitas karakter anak-anak muda dengan berbasis rumah ibadah. Di samping costnya murah tapi juga startegis, dimana dengan menggunakan bahasa agama bagi masyarakat Indonesia itu lebih efektif.

“Banyak contoh yang bisa kita munculkan dengan menggunakan bahasa agama loyalitas sangat gampang diraih dan inilah yang coba kita kembangkan,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Masjid Istiqlal diharapkan menjadi pusat peradaban Islam dunia di masa depan. Untuk ke depan, masjid Istiqlal akan mengembangkan pendidikan bagi para kader calon ulama dari berbagai daerah di Indonesia. Bukan itu saja, bahkan kader yang didikan dari berbagai Negara Islam.
“Kami juga didatangi keduataan-kedutaan besar untuk mengirimkan calon pesertanya ke Indonesia. Mereka lebih save menyekolahkan kader calon-calon ulamanya, calon imamnya di Indonesia, daripada di Negara-negara yang lain. Jadi kita bersyukur sebagai bangsa Indonesia sudah menjadi kiblat peradaban dunia Islam masa depan,” jelasnya.
Dia juga berharap dengan adanya program ini terkait pendalaman dan penghyatan materi keagamaan kepada para pemuda dengan sendirinya menangkal radikalsime dan penentangan moral.
“Jadi kata kuncinya semakin dalam orang itu memahami agamanya maka akan semakin luhur dalam perilakunya. Tidak gampang menghujat orang lain. Dia akan menjalani kehidupan yang beradab, jadi keadaban sosial kita itu perlu ditanamkan melalui pembinaan karakter. Karakter itu kan sangat efektif melalui jalur agama,” tutupnya.
(Mochamad Rezhatama Herdanu)