Sementara Indonesia, dalam sebuah keputusan yang berani, menurunkan Mia Audina, seorang atlet muda yang baru berusia 14 tahun. Nasib skuad Garuda itu pun berada di pundak bocah belia tersebut.
Melawan pemain yang jauh lebih senior dan berperingkat tinggi, Mia Audina membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Ia menunjukkan permainan pantang menyerah, bergerak lincah di seluruh sisi lapangan.
Meskipun sempat tertinggal 0-5 di gim pertama, Mia Audina berhasil membalikkan keadaan dan merebut gim pertama 11-7. Walaupun sempat kehilangan gim kedua dengan skor 10-12, Mia kembali fokus di gim penentuan dan menghajar Zhang Ning dengan skor telak 11-4.
Kemenangan luar biasa ini mengakhiri dominasi China dan membawa Indonesia merebut Piala Uber 1994. Dua tahun kemudian, dominasi Indonesia berlanjut.
Indonesia sukses mempertahankan gelar Piala Uber 1996 setelah kembali menghajar China 4-1, mengamankan gelar ketiga sepanjang sejarah Indonesia. Sayangnya, sejak momen kejayaan tersebut, tim bulu tangkis putri Indonesia belum pernah lagi menjuarai Piala Uber.
(Rivan Nasri Rachman)