“Namun, itu adalah era di mana kami banyak meraih kemenangan. Kami beberapa kali merebut triple crown (juara dunia pembalap, tim, dan konstruktor),” lanjut Jarvis.
Rivalitas di dalam garasi memang membuat kewalahan. Namun, Jarvis sekali lagi menegaskan lebih memilih terlibat dalam situasi tersebut ketimbang memiliki dua pembalap ‘lemah’.
“Pada akhirnya, saya selalu memilih memiliki dua pembalap yang banyak menuntut ketimbang dua pembalap (yang) mudah (diatur),” tandasnya.
Patut dinanti seperti apa dinamika di tim Ducati Lenovo pada MotoGP 2025. Sebab, sejauh ini hubungan Bagnaia dan Marquez masih adem ayem lantaran terpisah tim.
(Wikanto Arungbudoyo)