Selain tidak menargetkan daya ledak kekuatan yang besar, petarung UFC juga mempertimbangkan penggunaan oksigen saat bertarung. Petarung dengan tubuh besar dan berotot akan membutuhkan asupan oksigen yang lebih besar. Hal ini membuat jantung akan bekerja lebih keras dan petarung dapat mudah kekurangan oksigen.
Sebaliknya, saat petarung UFC fokus pada daya tahan tubuh untuk menjadi petarung yang kuat dan memiliki kardio yang baik,mereka akan dapat menggunakan oksigen dengan lebih efisien. Itu sebabnya, mereka dapat bertahan untuk terus bertarung selama lima ronde.
Alasan lainnya, otot yang besar membuat pergerakan petarung menjadi lambat dan kurang fleksibel. Dalam pertarungan MMA, hal ini bukanlah hal yang baik bagi petarung UFC. Sebab, ini akan membuat mereka tidak akan dapat melakukan teknik menyerang dan bergulat dengan baik.
Karena alasan-alasan ini, petarung UFC biasanya lebih banyak melatih tubuhnya dengan latihan repetisi tingi yang akan membuat daya tahan ototnya meningkat dan tidak akan mudah lelah.
Contohnya adalah dengan berlatih push up sebanyak 100 kali. Mereka tidak akan berlatih bench press seberat 400 pon beberapa kali karena tidak mempengaruhi stamina dan daya tahan. Itulah mengapa bentuk tubuh para petarung UFC justru ramping dan tidak terlalu berotot.