KISAH Susy Susanti yang berhasil runtuhkan persepsi hanya pebulutangkis laki-laki saja yang bisa berprestasi di Indonesia akan dibahas Okezone di artikel ini. Seperti yang diketahui, Susy Susanti merupakan salah satu atlet bulu tangkis perempuan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Bahkan bisa dikatakan Susy Susanti adalah tunggal putri paling sukses di Tanah Air. Hal itu tak terlepas dari berbagai prestasi yang ia torehkan saat masih aktif bermain.
Semasa awal karier Susy Susanti, ia menyadari bulu tangkis Indonesia kebanyakan yang berprestasi adalah laki-laki. Bahkan ia menyebut kala itu banyak orang beranggapan bahwa perempuan tak akan mampu memiliki prestasi setara dengan laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dan laki-laki, jadi alasan utamanya
Tentu ada berbagai faktor mengapa atlet perempuan sulit berprestasi di bulu tangkis. Susy Susanti menilai saat itu hanya segelintir perempuan yang mau menjadi atlet.
Akan tetapi, faktor tersebut justru tak membuat Susy patah semangat. Ia justru ingin membuktikan diri, bisa menjadi atlet perempuan, yang punya prestasi mentereng seperti banyak atlet laki-laki di Tanah Air.
Setelah berlatih selama tujuh tahun di Tasikmalaya dan menyabet beberapa gelar tingkat nasional, Susy Susanti hijrah ke Jakarta pada 1985. Saat itu, ia masih duduk di kelas VIII atau kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Singkat cerita, karier Susy Susanti pun mulai bersinar pada tahun 1989. Susy Susanti, yang baru berusia 18 tahun, saat itu sudah sukses menyabet gelar juara Indonesia Open.
Masih di 1989, Susy Susanti, turut membantu Tim Merah Putih meraih gelar perdana di ajang Piala Sudirman 1989. Sampai saat ini, prestasi tersebut belum pernah terulang lagi.
Nama Susy Susanti semakin mencuat dan diakui mata internasional. Itu terjadi setelah ia menyabet medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Hebatnya lagi, itu merupakan emas pertama bagi Indonesia selama bersaing di pesta olahraga paling bergengsi di dunia tersebut.
Tak cukup sampai situ, Susy Susanti kembali memberikan medali perunggu untuk Indonesia di Olimpiade Atlanta 1996. Lalu, ia juga membantu Tim Merah Putih meraih juara Piala Uber 1994 dan 1996.
Setelahnya, Susy Susanti berhasil menjadi juara dunia pada 1993. Dia pun memenangkan puluhan gelar di setingkat BWF World Tour saat ini, termasuk empat titel di turnamen bulutangkis tertua di dunia, yakni All England (1990, 1991, 1993 dan 1994).
Pada akhirnya, Susy Susanti pensiun di usia 26 tahun setelah menikah dengan Alan Budikusuma. Dia menutup kariernya sebagai pebulu tangkis tunggal putri paling sukses dalam sejarah bulu tangkis Indonesia.
Torehan Susy Susanti membuktikan, bahwa perempuan bisa meraih banyak prestasi. Kehadirannya seakan meruntuhkan persepsi hanya pebulutangkis tunggal putra saja yang bisa berprestasi.
(Rivan Nasri Rachman)