Pramudya Kusumawardana Buka-bukaan soal Kesehatan Mental hingga Kuliah dan Karier di Australia

Bagas Abdiel, Jurnalis
Rabu 20 Desember 2023 19:23 WIB
Pramudya Kusumawardana buka-bukaan soal keputusannya pergi dari PBSI. (Foto: PBSI)
Share :

PILIHAN Pramudya Kusumawardana untuk pergi dari PBSI menghebohkan para badminton lovers (BL) Tanah Air. Untuk menjelaskan lebih lanjut terkait keputusannya itu, mantan partner Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan itu pun akhirnya buka-bukaan soal kesehatan mental hingga kuliah serta kariernya di Australia.

Seperti yang diketahui, setelah mundur dari Pelatnas PBSI, Pram –sapaan akrab Pramudya– pun akhirnya memilih melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Sydney, Australia. MNC Portal Indonesia pun berkesempatan untuk mewawancarai Pram tentang situasi tersebut.

Pemain kelahiran 13 Desember 2000 ini telah menapakkan kakinya di Sydney, Australia sejak 19 Desember 2023. Dengan kepindahannya ini pun, banyak rumor beredar bahwa Pramudya tidak hanya akan melanjutkan perkuliahannya saja di Negeri Kanguru -julukan Australia- itu, tetapi juga bermain bulu tangkis di bawah bendera Australia.

Mantan partner Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan itu kemudian angkat bicara dan menjawab langsung tentang masalah dan rumor yang beredar itu. Berikut wawancara lengkap dengan Pramudya Kusumawardana kepada MNC Portal Indonesia:

Ceritakan awal mulanya bagaimana kamu akhirnya memutuskan lebih meneruskan pendidikan daripada melanjutkan karier sebagai pebulu tangkis di Indonesia?


Awal mula kepikirannya itu sejak cedera Yeremia, dari situ saya mulai banyak berpikir masa depan saya yang bergantung sama orang, bukan soal partner saja. Jadi, saya tidak bisa menentukan masa depan saya sendiri nanti seperti apa.

Akhirnya dari situ, saya berpikir, kalau misalkan saya kuliah, saya sudah tahu tahap-tahap perjalanan saya nanti gimana. Nanti akan ada banyak pilihan mau jadi apa ke depannya.

Tapi setidaknya dengan kuliah bisa dapat ilmu, pengetahuan, dan koneksi. Hidup sedikit terjamin tapi tidak ada garansi bahagia kan. Tapi kalau hasilnya kurang bagus, tidak terjamin sama sekali. Jadi saya mau melakukan apa yang membuat saya bahagia juga.

Tapi, akhirnya memutuskan untuk memilih kuliah itu setelah Hong Kong Open 2023, dan lebih tepatnya setelah China Masters 2023. Setelah China Masters, saya ngomong ke Yere bahwa saya tidak akan lanjut (mundur dari Pelatnas PBSI), Yere menjawab, “Iya,” dan akhirnya saya lebih yakin memutuskan untuk memilih kuliah.

Salah satu alasan terkuat kamu untuk mundur adalah mental health. Apakah kamu pernah mencoba meminta bantuan psikolog atau orang-orang dari luar untuk mengatasi hal ini?

Untuk masalah mental health ini, sebenarnya di Indonesia itu belum terlalu advance dan lingkungannya belum terlalu mendukung soal mental health. PBSI juga menyediakan counseling di national team, tapi itu untuk counseling badminton dan sudah pernah coba. Saya juga sudah pernah counseling untuk private life tapi memang sulit untuk implementasikan kalau enviroment-nya kurang mendukung.

Apakah ini ada imbasnya juga dari kamu mendapat bullying di social media?

Itu berefek, tapi itu mungkin cuma 10 persen dari general mental health saya. Itu cuma 10 persen dari apa yang saya rasain. Sisanya sih itu memang lebih personal, seperti lingkungan, hubungan sama keluarga, dan diri sendiri.

Apakah tidak ada dukungan dari keluarga untuk kamu berkarier di bulu tangkis?

Sebenarnya dulu kalau flashback, dukungan di bulu tangkis itu keluarga mendukung. Apalagi papa sebelum meninggal, emang awalnya dia yang passionate sama sport, cuma kan hubungan keluarga saya ini lebih ke tipe Asian parent ya. Kayak mendidiknya keras jadi relationships-nya kurang dekat seperti keluarga normal. Makanya dari situ, di momen-momen sulit, jadi tidak ada support-nya. Ya, mereka tetap suportif, tapi memang ada yang kurang.

Jadi ketika kamu nge-down dalam hal bulu tangkis di situasi kemarin, tidak ada dukungan motivasi dari keluarga?

Tidak ada, memang tidak ada yang sampai deep talk banget. Paling terakhir cuma minta izin saja, ini adalah keputusan saya untuk pergi ke Australia, dan dijabarkan juga tentang kondisi saya. Makanya saya pergi liburan bareng ke Jepang selama seminggu untuk bounding dan menjelaskan apa keputusan saya dan rencana-rencana ke depan.

Reaksi keluarga setelah kamu memutuskan mundur dari Pelatnas PBSI bagaimana?

Sebenarnya keluarga saya mendukung apa pun pilihan saya, termasuk di bulu tangkis. Tapi, dari sisi mental, mungkin karena tidak ada knowledge-nya juga kan, sementara sekarang mental health itu sekarang sangat penting dan di beberapa negara meraka sudah memfokuskan itu dan memberikan edukasi juga. Jadi, setelah dijelaskan mereka mengerti. Cuma mereka awalnya menentang juga, kenapa harus ke luar negeri? Kenapa tidak di Indonesia? Mereka soal keluar dari Pelatnas PBSI justru tidak apa-apa, tetapi kenapa harus sampai ke luar negeri? Karena jadinya makin jauh dari keluarga. Tapi sudah dijelaskan untuk kebahagiaan dan mental health lebih baik saya ke luar negeri.

Apakah keluarga menyayangkan kamu keluar dari Pelatnas PBSI?

Lebih tepatnya, pergi dari Indonesia, bukan bulu tangkis. Karena kalau bulu tangkis yang lebih passionate itu almarhum papa

Kenapa akhirnya pilih kuliah ke luar negeri?

Pertama, di luar negeri lebih ada jurusan sport science dan sport psychology. Tapi, ini sebenarnya panjang juga kalau dijelasin kayak gimana mindset saya, gimana kehidupan saya yang saya mau dan ya lain-lainnya. Mungkin start dari cara pikir saya.

Saya tuh orangnya kan cukup tertutup. Saya sebenarnya kurang suka kalau jadi orang terkenal gitu. Nah, sedangkan bulu tangkis tuh salah satu sport yang unggul di Indonesia, terus juga disorot media dan lain-lain.

Saya ngerasa awalnya saya pikir saya bisa memisahkan gitu private life sama karier saya di bulu tangkis, ternyata enggak bisa. Kalau juara kan sudah pasti terkenal. Jadi, ya sulit karena saya selalu merasa ada dalam suasana kurang menyenangkan ketika di Indonesia karena lingkungan yang mungkin emang enggak ada support. Terus juga pressure banyak. Jadinya ya itu kurang happy, banyak murungnya, jadi ngerasa kayak ya depresilah.

Apa arti pendidikan buat kamu sendiri sampai harus meninggalkan bulu tangkis?

Ya, menurut saya, papa dulu selalu concern sama pendidikan sih, selain soal bulu tangkis. Emang dari dulu seperti itu. Emang pendidikan itu sangat perlu karena emang itu kayak landasan gitu. Landasan dasar sebagai manusia gitu loh, untuk bisa survive di dunia. Jadi, ya emang sangat perlu gitu. Ya, at least basic lah. Basic pendidikan gitu perlu sih.

Apakah kamu ada perasaan menyayangkan meninggalkan bulu tangkis yang sudah kamu jalani hingga sejauh ini?

Ya, awalnya pasti, apalagi saya yang jalanin sendiri kan, jatuh bangunnya dan lain-lain. Ya, pasti Ini bukan kayak keputusan yang cuma sehari dua hari. Ya pasti saya kayak bergumul sama diri sendiri gitu loh. Kenapa sih sampai harus kayak gini gitu kan. Kenapa harus sampai keputusannya harus sampai kayak gini. Ya menyayangkan, tapi kalau diterusin juga enggak bagus sih. Ya, semua emang harus ada pengorbanan kan dalam hidup.

Kenapa tidak melanjutkan kuliahnya yang di Indonesia?

Sebenernya itu tuh sudah lama enggak lanjut sih (salah satu universitas di Indonesia). Saya sudah break lama dari kampus sebelumnya karena emang sulit banget untuk combine waktunya gitu. Yang saya pikiran itu bukan cuma dapat ijazahnya saja, tapi dapet knowledge-nya yang lebih penting sih.

Nah di Indonesia itu enggak ada dan di kampus sebelumnya cuma ada jurusan manajemen jasa, yang mana saya tidak suka. Terus juga cuma diploma. Kalau misalkan nyari ijazah pun saya bisa, tapi kan yang di underline di sini kan emang saya mau dapat knowledge-nya kan sama koneksinya. Jadi bukan cuman yang asal-asal belajar gitu loh kayak buat apa buang-buang waktu.

Kuliah di Australia saat ini untuk mengejar bachelor/sarjana 1 ya?

Iya, masih bachelor, kemungkinan juga mau double degree karena kan sport science dan sport psyhcolgy.

Kalau boleh tahu, nanti di Australia kuliah di mana? Apakah beasiswa?

Sebenernya belum, karena baru pendaftarannya Februari nanti ya. Masih harus memutuskan juga mau University of Sydney atau New South Wales University atau Macquarie University. Yang pasti, dari tiga itu sih, karena kalau di Australia kan enggak bisa dapet yang kayak 100% beasiswa seperti di Amerika.

Itu juga nyambung lagi sama permanent resident, kalau sudah denger tentang kabar itu. Permanent resident itu bisa mempermudah saya kuliah di sini (Australia), jadi lebih murah, dan itu tuh lewatnya bulu tangkis. Emang harus gitu dan prosedurnya seperti itu.

Karena saya kan pendidikan terakhir SD (sekolah formal, SMP dan SMA kayak home schooling), karena setelah itu fokus di bulu tangkis. Jadi, ya emang satu-satunya pathway untuk ke luar negeri emang ya dari bulu tangkis, enggak bisa dari education gitu. Jadi nanti juga ada bridging course juga. Tapi perlu di-underline, fokus saya di sini adalah pendidikan, bukan di bulu tangkis, jadi bulu tangkis itu cuma tool untuk saya survive di Australia.

Banyak rumor beredar ketika pindah ke Australia kamu akan tetap bermain bulu tangkis profesional dan ikut turnamen internasional dengan bendera Australia? Apakah itu benar?

Jadi, saya di Australia ini adalah permanent resident. Lalu, saya memilih permanent resident di Australia itu karena bulu tangkis. Tidak mungkin kalau saya mengajukan permanent resident lewat bulu tangkis, tetapi tidak akan bermain bulu tangkis. Enggak ada feedback-nya untuk Australia. Tapi Australia itu enggak menuntut, tidak seperti di Indonesia. Maksudnya saya tidak harus juara atau main di Super 1000 atau sejenisnya, enggak kayak gitu.

Jadi emang cuma kontribusi saja sama Australia, dengan main internasional. Tapi saya punya plan, saya mau mengedepankan pendidikan saya selama di sini. Jadi, saya tetap main bulu tangkis, tapi saya enggak akan se-intens dan sefokus di Indonesia.

Karena kalau saya mau main untuk jadi world number one, saya mendingan di Indonesia, saya enggak mau main di Australia. Jadi tujuan saya itu sudah beda. Jadi, saya akan tetap main tapi bawa Australia, cuma mainnya paling di level Internasional Series atau Internasional Challenge. Tapi tidak menutup kemungkinan turun di turnamen World Tour juga, seperti Australia Open, yang ada di sini.

Untuk lebih memperjelas, jadi tujuannya kamu untuk kuliah di Australia dengan mendapat keringanan biaya adalah permanent resident dan bermain bulu tangkis di bawah bendera Australia?

Iya, dan di-underline juga, mungkin publik juga tahu kalau kuliah di Australia sebenarnya enggak harus permanent resident, tapi emang akan lebih mudah bagi saya jika permanent resident karena bisa stay di Australia terus dapat kemudahan yang banyak lewat permanent resident. Karena kalau misalkan lewat biasa saja kayak visa, bakal keluar uang yang banyak. Jadi, ya lebih rasional kalau misalkan saya apply permanent resident.

Itu tujuan untuk mendapatkan keringanan biaya lewat bulu tangkis karena history pendidikan kamu di Indonesia juga tidak terlalu bagus?

Iya betul, karena di Indonesia ketika harus memilih fokus di sport atau pendidikan tidak bisa jalan dua-duanya.

Apakah kamu akan bermain di turnamen internasional dengan bendera Australia dalam waktu dekat?

Enggak, tapi mungkin Australia Open tahun depan, ya karena saya tinggal di Australia kan. Kalau misalnya tur keliling kayak Malaysia Open atau Indonesia Open, itu tidak. Tapi, emang enggak ngoyo gitu loh, cuma formalitas saja untuk permanent resident.

Apakah membutuhkan syarat-syarat lain untuk membela Australia?

Nah, kalau bela Australia itu tidak hanya dari permanent resident saja. Kalau masih punya paspor Indonesia, terus tinggal di sini bisa tetap main. Enggak ganti paspor gitu, cuma ganti ID BWF. Jadi, saya tetap warga negara Indonesia.

Sudah ada plan partner ke depan sama siapa di Australia?

Untuk saat ini belum dan memang belom ada plan untuk ke depannya, tapi yang pasti saya akan coaching juga dan untuk mengasah skill saya yang lainnya.

Berarti dengan keputusanmu ini, sebenarnya kamu ini bisa dibilang gantung raket atau tidak?

Hmm, enggak terlalu sih, yang maksudnya enggak sampai tinggalin bulu tangkis 100% gitu. Lebih tepatnya bukan kemauan saya untuk masih lanjut main. Kalau dibilang saya mau, saya mah enggak mau sebenarnya (bulu tangkis lagi), tapi kesempatannya seperti ini. Sebenarnya saya pengen banget yang kayak sampai ninggalin gantung raket beneran gitu. Saya pengen banget. Cuma emang kondisinya kayak financially, opportunity, dan lain-lain, memang saya rasa, saya enggak bisa meninggalkan bulu tangkis secepat itu.

Dengan saat ini pindah ke Australia, apa mimpi yang ingin kamu kejar di Australia?

Kalau dari segi kehidupan, saya ingin lebih baik, kalau di sini kan work-balance oke. Terus di satu sisi, ingin ngurusin mental health juga, mau settle dulu kayak sambil heal dulu gitu, karena kan butuh istirahat dulu mentalnya.

Kalau dari segi karier, di Australia lebih banyak opportunity sih kayak apa pun itu dari badminton dari kariernya sendiri atau mungkin nanti kayak untuk pekerjaannya semua opportunity-nya terbuka. Saya juga enggak khawatir sama komitmen dan lain-lain, saat ini saya cuma butuh waktu untuk istirahat. Sementara Australia menawarkan itu.

Ada pertanyaan dari fans, setelah menyelesaikan kuliah apakah kamu akan kembali ke Indonesia dan memberikan kontribusi lagi untuk Indonesia?

Itu emang rencana saya. Jadi dari awal, saya ngomong ke klub saya Djarum dan PBSI. Kalau misalkan saya pergi untuk ambil pendidikan, ya saya maunya bakal berkontribusi sama Indonesia lah tetap.

Apalagi saya masih di bawah Djarum juga. Djarum juga bilang, ‘Kalau misalkan kamu butuh tempat untuk kayak kerja dan lain-lain, kali saja kamu bisa berkontribusi juga sama Djarum, kami terbuka’.

(Rivan Nasri Rachman)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Sports lainnya