“Dia menjadi lebih tenang, rasional, tak mudah marah atau frustasi dan semacamnya. Sisi itu masih ada, karena tiap pembalap bakal marah dan frustasi, jika tak memperoleh hasil sesuai performa. Tetapi, hal itu bisa dikelompokkan,” ujarnya.
“Anda bisa saja mengekspresikannya. Tetapi, setelah itu harus melupakannya dan terus melakukan pekerjaan. Dan itu adalah kemampuan yang dimilikinya. Dalam waktu 18 bulan terakhir, dia telah menjadi sosok yang lebih dewasa,” tutur Jarvis.
Pada musim 2022 sendiri, Quartararo berjuang hingga akhir untuk menjadi juara dunia untuk kedua kalinya. Namun sayang, keunggulan 91 poin atas Francesco Bagnaia pada pertengahan musim berakhir antiklimaks setelah penampilan yang buruk pada paruh kedua.
(Reinaldy Darius)