"Ketika saya tertinggal 91 poin, ada satu titik ketika saya cukup sedih, frustrasi, dan kesal pada diri saya sendiri. Tapi sejak saat itu saya pikir masih ada peluang dan kemudian muncul perubahan mental," kata Francesco Bagnaia dilansir dari Speedweek.
Davide Tardozzi pun membenarkan bahwa Francesco Bagnaia yang membuat timnya tak kehilangan harapan. Dia merespon ketertinggalan itu dengan menyatukan timnya dan membuat mereka percaya bisa melakukannya.
"Saat Anda melihat -91 poin di layar, itu cukup melemahkan semangat. Kejuaraan telah usai. Fabio sepertinya tak terbendung. Jelas dia (Bagnaia) yang pertama bereaksi, yang pertama menyatukan tim dan membantu kita semua percaya itu bisa dilakukan," ujar Davide Tardozzi.
Saudara perempuan Pecco yang juga asisten pribadi dan manajer medianya, Carola Bagnaia, juga membenarkan hal itu. Ia menyebut Pecco tidak pernah berpikir bahwa harapannya untuk juara sudah pupus ketika tertinggal jauh dari El Diablo (julukan Quartararo).
"Jelas dia tidak pernah berpikir ini sudah berakhir, tapi dia pikir sudah waktunya untuk berhenti memikirkan gelar dan melihat bagaimana kelanjutannya," pungkas Carola.
(Dimas Khaidar)