“Tetapi, ketika kehilangan sayap motor saya, semuanya semakin memburuk di setiap putaran. Saya sangat khawatir bahwa saya bahkan mungkin jatuh karena sayap yang hilang, Fabio akan menang dan menjadi juara dunia,” sambungnya.
Bagnaia mengatakan, berusaha keras mengalihkan pikirannya itu dengan menghitung putaran demi putaran. Hingga akhirnya, tangisan pun pecah ketika rider kelahiran Torino, Italia, itu mencapai garis finis. Pecco mengaku kalau saat itu perasaannya sangat emosional.
“Saya mulai menghitung lap yang tersisa selama balapan. Namun, itu membuatnya terasa lebih lama dan lebih lama,” imbuhnya.
“Tetapi, ketika saya melewati garis finis dan melihat bahwa saya adalah juara dunia, itu adalah perasaan yang luar biasa. Saya berhenti dan mulai menangis seperti anak kecil,” pungkas Bagnaia.
(Djanti Virantika)