Sony pun akhirnya memberi saran kepada pihak PBSI agar bisa lebih menghargai atlet, terlebih dalam sistem degradasi. Sebab, setiap atlet perlu melewati perjuangan besar untuk bisa mencapai karier yang didambakan.
“Masukkan dari saya mohon cara degradasi atlet lebih menghargai atlet. Karena atlet mulai kecil mereka memilih menjalani hidup di badminton, meninggalkan sekolah, keluarga, dan kesempatan bermainnya. Atlet juga punya keluarga, orangtua yang setiap hari mendoakan anaknya untuk jadi juara,” tutur Sony.
“Sebagai saran lagi untuk PBSI dalam mendegradasi atlet Pelatnas, apa pun prestasinya selama dia membawa nama Indonesia di dadanya, sebaiknya PBSI memberi penghargaan apa pun bentuknya (piagam atau sertifikat) yang akan berguna dan menjadi kebanggaan untuk masa depan atlet. Saya tidak melihat atlet yang banyak juara/prestasi tapi masih ada atlet lapis 2 dan yang lain dan setidaknya para mantan atlet ini akan bangga pernah membela pelatnas (nama Indonesia),” lanjutnya.
Langkah yang dilakukan Sony dalam mengkritik PBSI diketahui bukan yang pertama kalinya dilakukan pebulu tangkis Indonesia. Sebelumnya, salah satu tunggal putra terbaik Indonesia, Taufik Hidayat, juga menyampaikan kritik kepada PBSI di akun Youtube Deddy Corbuzier dalam sebuah perbincangan.
(Ramdani Bur)