JAKARTA – Ilmu pengetahuan sudah pasti merajuti setiap sisi kehidupan, termasuk tim Thomas & Uber Indonesia yang menggunakan Sports science guna mempertajam persiapan tim jelang turnamen bulutangkis paling bergengsi.
Di sela-sela karantina tim yang berlangsung di GOR Jati, Kudus, 15-25 April, para pelatih fisik terlihat tengah menata sejumlah peralatan untuk mengukur tingkat kebugaran para atlet yang masuk ke dalam tim bayangan Piala Thomas dan Uber.
Sports Science merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk memonitor persiapan tim Piala Thomas dan Uber. Salah satunya adalah program video latihan dengan aplikasi khusus yang dapat memberikan deskripsi kecenderungan/kebiasaan atlet saat bermain di lapangan. Lewat video ini, tiap atlet akan tahu apa saja yang masih perlu diperbaiki.
Meskipun para atlet sebetulnya sudah mengetahui hal ini, dengan visualisasi dan kelengkapan data yang akurat, mereka akan lebih mudah memahami kelebihan dan kekurangan mereka.
Satu lagi aspek sports science yang digunakan dalam program karantina yaitu Heart Rate Monitor. Sesuai namanya, program ini mengukur detak jantung tiap atlet sebelum memasuki lapangan, saat bermain, hingga selesai bermain.
Dari perhitungan denyut jantung dapat terbaca apakah si atlet merasa tegang sebelum bermain, apakah ia mengerahkan seluruh kemampuannya selama bermain, hingga seberapa cepat recovery yang dialami atlet saat pergantian game dan sebagainya.
Alat pendeteksi denyut jantung dipasangkan pada badan atlet sebelum bermain. Dari heart rate monitor ini terlihat jelas grafik denyut jantung tiap atlet yang langsung terekam ke dalam komputer yang telah diprogram.
"Lewat data akurat, kami dapat menentukan program apa saja yang paling sesuai untuk atlet. Tiap atlet punya kriteria yang berbeda-beda. Lewat monitor ini, mereka juga dapat mencari tahu di mana kekurangan mereka dan berdiskusi dengan pelatih soal bagaimana memperbaikinya," kata Iwan Hermawan, pelatih fisik tim Piala Thomas dan Uber Indonesia, disadur dari BadmintonIndonesia.org, Kamis (24/4/2014).
"Tak hanya bermanfaat buat improvisasi kemampuan teknik dan fisik, sports science juga berguna untuk analisa kondisi psikologis pemain," tambah Iwan yang dijumpai di GOR Jati, Kudus.
Selama karantina, tes ini dilakukan sebanyak dua kali. Sebelumnya di awal masa karantina, tim juga sudah melakukan heart rate test. Menutup program karantina, Kamis 24 April, tes ini kembali dilakukan. Selain itu, para atlet juga menjalani serangkaian tes fisik lainnya seperti beep test yang dapat mengukur ketahanan fisik.
(Achmad Firdaus)