"Karena kan masih, waktu itu belum ada pengumuman kesepakatan kan? Itu habis (Sidang Majelis Umum) PBB kalau enggak salah meeting-nya kan?” lanjut pria berusia 55 tahun itu.
“Jadi saya bilang, 'Walau pun saya orang olahraga, saya IOC member, saya resiko keamanan saya khawatir,' saya bilang," tambah pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI itu.

Erick kemudian menghubungi induk olahraga senam (Persani) untuk menjembatani komunikasinya dengan pihak Federasi Senam Israel. Ia hendak mengatakan tidak punya maksud mendiskriminasi atlet mana pun.
Menurut penuturannya, Erick khawatir karena Israel ingin mengirim pasukan khusus untuk mengawal atlet mereka di Indonesia. Akhirnya, ia keberatan dan memutuskan untuk menolak kedatangan pesenam Israel.
"Terus akhirnya mereka rapat si Persani dengan senam kalau enggak salah, melontarkan isu, bahwa saya bilang saya tidak bermaksud mendiskriminasi," tutur Erick.
"Tetapi ketika permintaan si Israel bawa pistol, bawa ini keamanan khusus pada situasi seperti ini, saya bilang, ‘Saya melihat ya itu diskriminasi juga, dengan konteks seperti isu keamanan, konteks juga dinamika keamanan yang berbeda, kan berarti perlakuan spesial, saya keberatan,’" pungkasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)