Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SPECIAL REPORT: Penantian 32 Tahun 2 Medali Emas Berujung Manis di Olimpiade Paris 2024

Ramdani Bur , Jurnalis-Sabtu, 10 Agustus 2024 |11:07 WIB
SPECIAL REPORT: Penantian 32 Tahun 2 Medali Emas Berujung Manis di Olimpiade Paris 2024
Penantian 32 tahun 2 medali emas di Olimpiade Paris 2024 berujung manis. (Foto: Okezone)
A
A
A

Panjat Tebing dan Angkat Besi Cetak Sejarah

Veddriq Leonardo menjadi satu-satunya wakil Indonesia di babak perempatfinal cabang olahraga panjat tebing nomor speed putra. Bermain di Le Bourget Sport Climbing Venue pada Kamis 8 Agustus 2024 sore WIB, Veddriq Leonardo awalnya menghadapi atlet tuan rumah, Bassa Mawem.

Tampil lepas, Veddriq Leonardo mencatatkan 4,88 detik, unggul dari wakil tuan rumah yang hanya meraup 5,26 detik. Di semifinal, Veddriq Leonardo mengalahkan atlet asal Iran, Reza Ali Pour. Veddriq Leonardo mencatatkan 4,78 detik, sedangkan Reza Ali Pour meraup 4,84 detik.

Kemenangan ini terasa istimewa bagi Veddriq Leonardo. Sebab, ia melakukan revans setelah sebelumnya di semifinal Asian Games 2022, atlet 27 tahun ini kalah dari Reza Alipour. Di partai final yang berlangsung beberapa menit kemudian, Veddriq Leonardo dihadapkan dengan atlet panjat tebing nomor satu dunia, Wu Peng.

Veddriq Leonardo (tengah) meraih medali emas Olimpiade Paris 2024. (Foto: EPA)

(Veddriq Leonardo (tengah) meraih medali emas Olimpiade Paris 2024. (Foto: EPA)

Secara luar biasa, Veddriq Leonardo mencatatkan 4,75 detik sekaligus mengalahkan Wu Peng yang membuat waktu 4,77 detik. Hasil ini membuat heboh satu Indonesia. Selain karena emas pertama kontingen Indonesia di Olimpiade Paris 2024, juga tercatat sebagai atlet pertama di luar bulutangkis yang menyumbangkan medali emas bagi Tanah Air di ajang sebesar Olimpiade.

Kemenangan Veddriq Leonardo menambah kepercayaan diri atlet angkat besi Rizki Juniansyah saat turun di kelas 73 kg pada Jumat 9 Agustus 2024 dini hari WIB. Namun, awalnya tak berjalan mudah bagi Rizki Juniansyah yang baru berusia 21 tahun

Meski menempati posisi dua di angkatan snatch, Rizki Juniansyah terpaut 10 kg dari sang pemuncak saat itu asal China, Shi Zhiyong. Shi Zhiyong mencatatkan 165 kg dan menutup angkatan snatch di posisi pertama.

Peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 dan Olimpiade Tokyo 2020 ini unggul 10 kg dari Rizki Juniansyah yang menempati posisi dua dengan 155 kg. Kondisi ini jelas mendekatkan Shi Zhiyong dengan medali emas ketiganya di ajang Olimpiade, mengingat monster asal China itu unggul jauh dari rival terdekatnya, Rizki Juniansyah.

Ketika memasuki angkatan clean & jerk, keberuntungan enggan mendekati Shi Zhiyong. Ingin bermain aman dengan mengangkat beban 191 kg, Shi Zhiyong gagal total!

Lifter 31 tahun itu tiga kali gagal mengangkat beban di angka 191 kg. Beban 191 kg sebenarnya jauh di bawah ketika Shi Zhiyong memecahkan rekor di Olimpiade Tokyo 2020, yakni 198 kg. Kegagalan sang rival ini dimanfaatkan Rizki Juniansyah.

Di angkatan pertama clean & jerk, Rizki Juniansyah mencoba angkatan 191 kg. Secara mantap, Rizki Juniansyah berhasil melakukannya! Akan tetapi, angkatan 191 kg belum cukup mengantarkan Rizki Juniansyah meraih medali emas Olimpiade Paris 2024.

Infografis Rizki Juniansyah

Sebab, jika ditotal, angkatan Rizki Juniansyah baru mencapai 346 kg, sama persis dengan lifter asal Thailand, Weeraphon Wichuma, yang juga mencatatkan total angkatan 346 kg. Rizki Juniansyah hanya butuh mengangkat bobot 192 kg di angkatan kedua demi menyingkirkan Weeraphon.

Namun, Rizki Juniansyah membidik rekor Olimpiade milik Shi Zhiyong dengan mengangkat beban mencapai 199 kg! Rizki Juniansyah berhasil melakukannya dan berhak memenangkan medali emas Olimpiade Paris 2024 setelah mencetak total angkatan 354 kg. Ia juga mematahkan rekor Olimpiade clean & jerk milik Shi Zhiyong di angka 198 kg.

Samai Koleksi Emas di Olimpiade Barcelona

Raihan 2 emas menyamai pencapaian kontingen Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992, alias 32 tahun lalu. Saat itu, kontingen Indonesia mendapatkan 2 emas lewat Susy Susanti dan Alan Budikusuma dari cabang olahraga bulutangkis.

Susy Susanti saat memenangkan medali emas Olimpiade Barcelona 1992. (Foto: Instagram/@susysusantiofficial)

(Susy Susanti saat memenangkan medali emas Olimpiade Barcelona 1992. (Foto: Instagram/@susysusantiofficial)

Sejak Olimpiade Barcelona 1992, pencapaian maksimal kontingen Indonesia di setiap Olimpiade hanya 1 medali emas. Bahkan di Olimpiade London 2012, atlet-atlet Tanah Air sama sekali gagal mendulang emas.

Meski menyamai perolehan 2 emas Olimpiade Barcelona 1992, secara keseluruhan kontingen Indonesia saat ini masih kalah dari 32 tahun lalu. Di Olimpiade Barcelona 1992, Indonesia meraup 2 emas, 2 perak dan 1 perunggu, bandingkan dengan sekarang yang mendulang 2 emas dan 1 perunggu.

Kontingen Indonesia di Olimpiade Paris 2024 sah mengalahkan kontingen Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992 jika Nurul Akmal mempersembahkan medali emas di cabang olahraga angkat besi +81 kg pada Minggu, 11 Agustus 2024 pukul 16.30 WIB.

Satu hal yang pasti, pencapaian kontingen Indonesia di Olimpiade Paris 2024 layak diapresiasi. Pekerjaan selanjutnya para pemangku kepetingan di Indonesia adalah bersatu padu menaikkan prestasi Indonesia untuk mendekati level negara superpower Amerika Serikat dan China.

(Ramdani Bur)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement